Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) masih menjadi buruan investor kendati kinerja operasional pada kuartal I/2020 mengalami penurunan.
Pada perdagangan Senin (27/4/2020) pukul 9.46 WIB, saham UNTR menguat 1,69 persen atau 275 poin menjadi Rp16.500. Sepanjang perdagangan harga bergerak di rentang Rp16.350 - Rp16.550.
Nilai transaksi sahamnya sementara mencapai Rp2,91 miliar dengan frekuensi 469 kali transaksi. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp61,55 triliun.
United Tractors melaporkan volume penjualan alat berat 617 unit pada periode Januari 2020—Maret 2020 atau turun 47,75 persen secara tahunan.
Dalam laporan perkembangan operasional Maret 2020, yang dikutip Senin (27/4/2020), United Tractors merealisasikan volume penjualan alat berat komatsu 617 unit pada Januari 2020—Maret 2020. Realisasi itu turun 47,75 persen dari 1.181 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi pangsa penjualan, kontributor terbesar masih berasal dari sektor pertambangan dengan 36 persen pada Januari 2020—Maret 2020. Akan tetapi, kontribusi itu lebih kecil dari periode Januari 2019—Maret 2019 sebanyak 48 persen.
Kontributor terbesar kedua ditempati oleh sektor konstruksi dengan 27 persen. Persentase itu tetap atau sama dengan periode Januari 2019—Maret 2019.
Pertumbuhan kontribusi penjualan dicatatkan oleh sektor kehutanan yang naik dari 13 persen pada Januari 2020—Maret 2020 menjadi 27 persen pada Januari 2020—Maret 2020.
Adapun, sektor perkebunan berkontribusi 10 persen untuk penjualan periode Januari 2020—Maret 2020 atau turun dari 12 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Emiten berkode saham UNTR itu melaporkan volume penjualan 150 unit pada Maret 2020. Adapun, pangsa pasar perseroan sebesar 33 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.
Sementara itu, UNTR juga menjalankan bisnis penjualan emas melalui PT Agincourt Resources. Sampai dengan Maret 2020, realisasi volume penjualan sebanyak 95.000 Ounces (Oz) atau lebih rendah dari 104.000 Ounces periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, volume produksi batu bara dan volume overburden removal (OB) lewat PT Pamapersada Nusantara (PAMA) juga tercatat juga mengalami penurunan. Tercatat, produksi batu bara pama turu dari 30,6 juta ton pada Januari 2019—Maret 2019 menjadi 27,9 juta ton.
Adapun, volume OB PAMA juga dilaporkan turun dari 234,3 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 212,2 juta bcm per Januari 2020—Maret 2020.
Untuk bisnis penjualan batu bara melalui PT Tuah Turangga Agung (TTA), dilaporkan volume penjualan 3,18 juta ton pada Januari 2020—Maret 2020. Realisasi itu masih tumbuh dibandingkan dengan 2,54 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.