Bisnis.com, JAKARTA— Dua saham milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk. dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., masuk ke dalam jajaran 10 besar saham penopang indeks harga saham gabungan sepanjang periode berjalan April 2020.
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Chandra Asri Petrochemical berada di urutan kedua daftar movers indeks harga saham gabungan (IHSG) month to date (mtd) April 2020. Otoritas mencatat laju emiten berkode saham TPIA itu telah menguat 46,7 persen ke level Rp7.700 hingga penutupan, Kamis (16/4/2020).
Selanjutnya, saham Barito Pacific berada di urutan keempat movers IHSG mtd April 2020. Pergerakan emiten bersandi BRPT itu menguat 33,8 persen ke level Rp970 sepanjang periode tersebut.
Data yang dihimpun Bisnis menunjukkan saham TPIA dan BRPT masih diburu oleh investor asing secara year to date (ytd) hingga akhir perdagangan, Kamis (16/4/2020). Tercatat, net buy kedua emiten itu masing-masing Rp65,55 miliar dan Rp89,11 miliar.
Seperti diketahui, Prajogo Pangestu merupakan salah satu pengusaha yang masuk ke dalam daftar orang terkaya dunia 2020 versi Majalah Forbes. Prajogo memiliki kekayaan yang ditaksir mencapai US$3,5 miliar.
Prajogo menjadi pemegang saham mayoritas di BRPT. Porsi kepemilikannya mencapai 71,52 persen per 31 Maret 2020.
Baca Juga
Sementara itu, BRPT menjadi pemegang saham mayoritas TPIA dengan persentase 41,88 persen. Adapun, porsi Prajogo di situ sebesar 14,85 persen per 31 Maret 2020.
Dua emiten milik Prajogo itu memiliki kapitalisasi pasar yang terbilang jumbo. BEI mencatat kapitalisasi BRPT Rp86 triliun dan TPIA Rp137 triliun hingga penutupan perdagangan, Kamis (16/4/2020).
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menjelaskan bahwa secara teknikal saham TPIA sudah menunjukkan pembalikan arah sejak 2 April 2020. Menurutnya, terlihat indikator stokastik dan MACD yang mulai golden cross dan diikuti dengan penguatan di atas support MA 5.
Selanjutnya, Hendriko menyebut saham BRPT sudah memberikan sinyal reversal dengan MACD dan stokastik yang golden cross dengan penguatan yang selalu berada di atas MA 5.
“Saat ini BRPT tengah berkonsolidasi pada range Rp1.000–Rp1.050,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).
Dari sisi fundamental, dia mengatakan penurunan harga minyak mentah juga menjadi katalis positif bagi BRPT dan TPIA. Menurutnya, kondisi itu berpotensi menurunkan harga pokok penjualan (HPP) perseroan.
Data Bloomberg menunjukkan harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2020 turun 24 sen dan ditutup di level US$19,87 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (15/4/2020).
Sejalan dengan WTI, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 berakhir anjlok US$1,91 ke level US$27,69 per barel di ICE Futures Europe Exchange London.
BRPT selaku induk melaporkan realisasi laba bersih US$42,43 juta pada 2019. Pencapaian itu lebih rendah atau turun 39,4 persen dibandingkan dengan US$72,22 juta periode 2018.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu mengatakan bahwa melemahnya kinerja keuangan tahun lalu disebabkan oleh menurunnya laba TPIA pada 2019. Penurunan menurutnya dipicu tren pelemahan bisnis petrokima.
Kendati demikian, penurunan tersebut berhasil diimbangi oleh kinerja Star Energy yang membukukan kinerja positif pada tahun lalu. Star Energy berhasil membukukan kenaikan laba bersih hingga 13 persen menjadi sebesar US$126 juta pada 2019 .
Agus mengatakan perseroan telah memprediksi dan mengantisipasi tren penurunan bisnis petrokimia pada tahun lalu. Oleh karena itu, BRPT menggenjot kontribusi pendapatan Star Energy.
Sejak awal 2020, BRPT dan TPIA tengah gencar melakukan penggalangan dana di pasar modal. Pada Januari 2020, TPIA menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap III Tahun 2020 dengan jumlah pokok Rp750 miliar.
Selain itu, TPIA juga memiliki rencana penggalangan dana melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Perseroan disebut akan melepas sebanyak-banyaknya 7,16 miliar saham dengan nilai nominal Rp200 per lembar.
Adapun, BRPT juga baru saja menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap II Tahun 2020. Dari situ, perseroan mengantongi dana segar senilai Rp363,48 miliar.