Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat membuka kuartal II/2020 dengan penurunan tajam di tengah kekhawatiran soal dampak penyebaran virus corona (Covid-19) terhadap laba dan dividen perusahaan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 terjerembap 3,09 persen atau 79,93 poin ke level 2.504,66 pada pukul 20.53 WIB atau 9.53 pagi waktu New York.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 2,97 persen ke posisi 21.265,94 dan indeks Nasdaq Composite terkulai 2,86 persen ke level 7.479,99.
Indeks S&P 500 turun untuk ketiga kalinya dalam empat sesi perdagangan terakhir seiring dengan suramnya sentimen setelah Presiden Donald Trump memperingatkan datangnya periode pandemi virus corona yang 'menyakitkan' selama dua pekan ke depan.
Sementara itu, sebuah laporan payroll swasta menunjukkan penurunan jumlah pekerjaan yang lebih sedikit daripada perkiraan. Namun perhitungannya hanya dilakukan hingga 12 Maret.
Pasar selanjutnya menantikan data manufaktur yang diperkirakan akan menunjukkan kontraksi dan laporan pekerjaan yang diperkirakan menggerus 100.000 posisi pekerjaan.
Baca Juga
Bursa saham AS mengalami kuartal terburuk sejak 2008 karena pandemi corona menutup sebagian besar aktivitas perekonomian.
Penurunan S&P 500 dari rekor yang dibukukan pada Februari mencapai 34 persen sebelum rencana pengeluaran pemerintah bernilai besar-besaran memicu reli tiga hari sebesar 18 persen.
Sejak itu, indeks S&P 500 terkoreksi hampir 5 persen karena tanda-tanda menunjukkan bahwa penurunan akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kita mengalami reli pasar bearish yang cukup tajam dan sekarang dihadapkan dengan berita buruk yang akan datang,” ujar Aaron Clark, manajer portofolio di GW&K Investment Management.
“Jelas berita itu akan mengerikan entah itu dari kasus-kasus baru dan berita ekonomi, kinerja laba akan menurun,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Bursa saham memulai kuartal baru dengan lebih banyak penurunan. Kekecewaan investor atas hilangnya pendapatan dividen dapat memicu gelombang penjualan baru, apalagi analis akan memperbarui proyeksi pendapatan untuk memperhitungkan kemungkinan resesi global dan kemerosotan harga saham.
Bank menanggung beban aksi jual pada perdagangan hari ini didorong spekulasi dividen yang terpangkas setelah pemberi pinjaman Eropa termasuk HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc menghentikan pembayaran dan pembelian kembali saham.
"Pasar melihat saham global dengan tanpa dukungan buyback dan tanpa dividen," kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone Financial Pty Ltd.
Musim laporan keuangan kemungkinan akan memicu penurunan konsensus ekspektasi laba S&P 500 yang reatif terlalu tinggi terhadap dividen berjangka.
Sejalan dengan bursa AS, indeks Stoxx 600 Eropa tersungkur 3,2 persen dan indeks MSCI Asia Pacific anjlok 2 persen. Sementara itu, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,8 persen dan imbal hasil Treasury 10 tahun turun 8 basis poin menjadi 0,59 persen.