Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik Hampir 8 Persen, Apa yang Bikin IHSG Moncer?

Hingga sesi pertama perdagangan Jumat (27/3/2020), IHSG naik 7,89 persen ke level 4.681,38
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG kembali melanjutkan tren penguatan dengan lonjakan tajam sebesar 7,89 persen atau 342,47 poin ke level 4.681,38 hingga penutupan sesi I perdagangan, Jumat (27/3/2020).  

Praktis, capaian ini membuat IHSG kembali menjadi raja dari klasmen bursa Asia yang mayoritas menghijau pada akhir pekan ini.

Sebagai catatan, ini adalah kali kedua IHSG melompat setelah pada Kamis (26/3/2020) kemarin, indeks tiba-tiba diserbu aksi panic buying investor dengan kenaikan sebesar 10,19 persen ke level 4.338,90.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan pergerakan IHSG pada awal sesi ini memang cukup membingungkan banyak pelaku pasar.

Terutama jika berkaca pada sentimen negatif global seperti tingkat pengangguran di Amerika yang menembus angka 3 juta. Hal tersebut kemungkinan besar dapat memperlambat ekonomi global.

“Virus COVID-19 yang angkanya sebenarnya masih menunjukkan peningkatan di Indonesia sebenarnya menyebabkan pasar kian pesimis, tetapi pasar malah naik sangat pesat,” ujar Frankie kepada Bisnis, Jumat (27/3/2020).

Menurut Frankie, stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah untuk mendorong ekonomi kemungkinan menjadi sentimen pengerek indeks pada akhir pekan ini.

Ditambah lagi aksi korporasi emiten yang sedang melakukan pembelian kembali saham atau buyback dikarenakan valuasi saham yang sudah sangat murah.

“Kalau bisa bertahan atau tidaknya (pada sesi kedua), sebenarnya cukup sulit kita prediksi, ya. Tetapi saya merasa momen seperti ini bukan saat yang tepat untuk mengejar saham karena volatilitas yang tinggi,” imbuh Frankie.

Mengingat masih ada risiko penurunan harga saham yang masih terbuka lebar, dia pun tidak memiliki rekomendasi saham untuk ditransaksikan investor pada sesi kedua perdagangan perdagangan hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper