Bisnis.com, JAKARTA – Hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang dilakukan pada hari ini mencatatkan angka penawaran terendah dalam periode tahun berjalan atau year to date 2020.
Pada lelang hari ini, Selasa (24/3/2020), pemerintah mendapatkan total penawaran sebesar Rp14,609 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka penawaran lelang Sukuk pada 10 maret 2020 lalu sebesar Rp36,371 triliun.
Adapun dari hasil lelang hari ini, pemerintah menyerap sebesar Rp6,6 triliun, lebih kecil bila dibandingkan total serapan pada lelang 10 Maret 2020 sebesar Rp8 triliun.
Dikutip dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (24/3/2020), Sukuk Seri SPNS11092020 menjadi yang paling dicari investor dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp10,181 triliun.
Seri akan jatuh tempo pada 11 September 2020 ini sekaligus menjadi seri yang paling banyak dimenangkan sebanyak Rp5,150 triliun oleh pemerintah dengan imbal hasil (yield) rata-rata 3,07 persen.
Sementara itu, Seri PBS002 yang jatuh tempo pada 15 Januari 2022 menjadi satu satunya seri sukuk yang tidak dimenangkan satupun oleh pemerintah pada hari ini. Angka penawaran PBS002 pada lelang kali ini tercatat sebesar Rp2,258 triliun.
Baca Juga
Hasil Lelang SBSN 24 Maret 2020 | |||||
---|---|---|---|---|---|
SPNS11092020 | PBS002 | PBS026 | PBS004 | PBS005 | |
Jumlah Penawaran | Rp10,181 triliun | Rp2,258 triliun | Rp368 miliar | Rp1,321 triliun | Rp481 miliar |
Jumlah Dimenangkan | Rp5,150 triliun | - | Rp240 miliar | Rp770 miliar | Rp440 miliar |
Rerata Imbal Hasil | 3,07% | - | 7,16% | 8,74% | 9,01% |
Jatuh Tempo | 11 September 2020 | 15 Januari 2022 | 15 Oktober 2024 | 15 Februari 2037 | 15 April 2043 |
Analis Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, turunnya angka penawaran pada lelang sukuk hari ini menandakan ketidakpastian global yang tengah terjadi semakin mengguncang pasar obligasi Indonesia.
Hal ini mengakibatkan risiko investasi di Indonesia juga ikut terdorong naik yang terlihat dari terus terjadinya aksi jual yang dilakukan oleh investor baik di pasar saham maupun obligasi.
Selain itu, lanjutnya, sentimen tersebut juga terlihat dari tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia yang terus mengalami kenaikan selama dua bulan terakhir.
Berdasarkan data dari laman Asian Bonds Online, pada Selasa (24/3/2020) tingkat yield obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun tercatat pada 8,32 persen, atau naik 23,3 basis poin dibandingkan perolehan hari sebelumnya.
“Yield kita yang tertekan akhirnya juga membuat demand investor terhadap sukuk juga mengalami penurunan,” ungkapnya saat dihubungi pada Selasa (24/3/2020) di Jakarta.
Selain itu indeks sukuk Indonesia juga turut mengalami penurunan. Berdasarkan data dari ibpa.co.id, ISIXC Total Return atau indeks sukuk mengalami kontraksi 2,8 persen sepanjang periode 16 Maret 2020 hingga 23 Maret 2020. Adapun posisi ISIXC Total Return terakhir bertengger di angka 248,35, turun dari perolehan sebelumnya yakni 249,8
“Penyebaran virus corona yang kian meluas di Indonesia membuat para investor panik dan lebih memilih untuk wait and see sebelum kembali masuk ke pasar obligasi,” katanya.
Hasil Lelang dan Penawaran Lelang SBSN Januari-Maret 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal Lelang | Angka Penawaran | Jumlah yang Dimenangkan |
14 Januari 2020 | Rp59,143 triliun | Rp7 triliun |
28 Januari 2020 | Rp46,914 triliun | Rp8 triliun |
11 Februari 2020 | Rp69,574 triliun | Rp8 triliun |
25 Februari 2020 | Rp60,544 triliun | Rp7 triliun |
10 Maret 2020 | Rp36,731 triliun | Rp8 triliun |
24 Maret 2020 | Rp14,609 triliun | Rp6,6 triliun |
Sumber : Kementerian Keuangan, diolah
Hal senada juga diungkapkan oleh Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana. Menurutnya, anjloknya angka penawaran lelang sukuk didorong oleh kondisi Indonesia yang kurang stabil karena penyebaran virus corona. Investor pada instrumen ini, yang kebanyakan dari domestik, pada akhirnya lebih memilih untuk menunggu waktu yang lebih tepat.
Faktor lain yang menyebabkan penurunan angka penawaran adalah yield yang ditawarkan pemerintah kemungkinan lebih rendah, utamanya dibandingkan dengan pasar sekunder. Hal ini membuat investor lebih memilih untuk menunggu lelang selanjutnya, beralih ke pasar sekunder, ataupun beralih ke aset lainnya.
“Kemungkinan juga dapat terganjal kebiasaan karena saat ini sudah banyak yang melakukan kebijakan work from home, sehingga juga ikut mempengaruhi hasil penawaran lelang hari ini,” jelasnya.