Bisnis.com,JAKARTA— Indeks harga saham gabungan tersungkur 6,58 persen pada sesi perdagangan, Senin (9/3/2020). Apakah koreksi itu menjadi yang terbesar dalam 20 tahun terakhir?
Setelah sempat melaju positif awal pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali harus bergerak di teritori negatif pada sesi, Senin (9/3/2020). Indeks mengawali pekan ini dengan tersungkur 361,731 poin atau 6,58 persen ke level 5.136,809 saat sesi penutupan.
Pada perdagangan Senin (9/3/2020), seluruh sektor saham kompak mengalami koreksi. Pelemahan paling dalam dialami oleh sektor saham aneka industri sebesar 9,42 persen.
Koreksi cukup dalam juga dialami sektor saham pertanian sebesar 7,91 persen. Sektor saham infrastruktur dan manufaktur menyusul dengan pelemahan masing-masing 7,09 persen serta 7,31 persen.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan bahwa laju indeks tertekan sentimen Rusia yang enggan meneken kesepakatan dengan OPEC. Kondisi itu membuat harga minyak mentah yang turun lebih dari 20 persen dalam satu hari.
“Penurunan harga minyak sebenarnya baik untuk current account Indonesia. Akan tetapi, karena komoditas adalah salah satu penopang ekonomi indonesia, maka dengan turunnya harga minyak akan menyebabkan substitusinya seperti batu bara dan sawit juga ikut mengalami penurunan harga yang signifikan,” jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (9/3/2020).
Penurunan harga komoditas, lanjut dia, akan berdampak terhadap kinerja emiten. Sejumlah emiten terkait diprediksi akan mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
“Banyak institusi [fund manager] yang mengambil posisi risk off akibatnya safe haven instrument seperti emas yang mengalami kenaikan,” imbuhnya.
Dari penelurusan Bisnis.com melalui Bloomberg, pergerakan IHSG beberapa kali mengalami koreksi besar atau lebih dari 7 persen dalam 20 tahun terakhir pada rentang 2000 hingga 2020. Kondisi itu disebabkan oleh sejumlah faktor.
Pada 2002, laju indeks pernah terhempas 10,36 persen pada sesi perdagangan 14 Oktober 2002. Kondisi itu terjadi tepat dua hari setelah meletusnya peristiwa Bom Bali di Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002.
Koreksi besar IHSG terjadi kembali 6 tahun kemudian. Krisis keuangan Lehman Brothers dan gagal bayar utang Grup Bakrie disebut menjadi dalang terperosoknya IHSG saat itu.
Data Bloomberg mencatat IHSG terkoreksi 10,03 persen pada 6 Oktober 2008. Penurunan juga kembali terjadi sebesar 10,38 persen pada 8 Oktober 2008.
Pada medio 2010—2020, koreksi besar IHSG sempat terjadi pada 2011. Potensi gagal bayar utang negara-negara Eropa seperti Yunani, Portugal, dan Spanyol disebut menjadi penyebab kecemasan investor.
IHSG tercatat mengalami koreksi 8,88 persen pada 22 September 2011. Sejak saat itu, pelemahan indeks di atas 5 persen baru terjadi kembali pada, Senin (9/3/2020), sebesar 6,58 persen.