Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Enggan Pangkas Produksi, Harga Minyak Anjlok

Harga minyak anjlok usai Rusia menolak usulan OPEC untuk memangkas produksi di tengah gejolak harga akibat wabah virus corona yang menganggu permintaan.
Anjungan lepas pantai./Bloomberg
Anjungan lepas pantai./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak anjlok usai Rusia menolak usulan OPEC untuk memangkas produksi di tengah gejolak harga akibat wabah virus corona yang  mengganggu permintaan.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip, Sabtu (7/3/2020), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2020 turun 10,07 persen atau US$4,62 menjadi US$41,28 per barel pada penutupan perdagangan, Jumat (6/3/2020). WTI sempat tersungkur menyentuh level US$41,05 per arel atau terendah sejak April 2016.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 terkoreksi 9,44 persen atau US$4,72 ke level US$45,27 per barel. Harga minyak Brent sempat menyentuh US$45,19 per barel atau terendah sejak Juli 2017.

Dilansir melalui Bloomberg, pembicaraan OPEC + berakhir dengan kegagalan dari aliansi antara Arab Saudi dan Rusia sebagai penentu harga minyak mentah dan pengubah keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.

Rusia menolak untuk tunduk kepada kehendak Arab Saudi yang ingin memangkas produksi sebesar 1,5 juta barel per hari. Tujuannya, untuk mengimbangi permintaan di tengah penyebaran virus corona.

Akan tetapi, Rusia memiliki pemikiran lain. Negara itu memiliki ketahanan yang lebih kuat dengan harga minyak mentah murah. Bahkan, Rusia berpendapat bahwa harga minyak mentah urah akan menghilangkan persaingan dengan Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo masih mengharapkan Rusia akan kembali ke dalam perundingan.

"Kami berharap teman-teman kami dari Rusia perlu lebih banyak waktu untuk memikirkannya dan mungkin kembali. Kapan pun mereka ingin bertemu, bisa bertemu dalam 10 hari,” ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (7/3/2020).

Sebelumnya, Mohammad memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak hanya sebesar 480.000 barel per hari tahun ini. Jumlah itu turun dari prediksi 990.000 barel per hari yang dibuat bulan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper