Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) kembali melanjutkan tren pelemahan seiring kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus corona.
Dilansir dari Bloomberg, indeks S&P 500 sudah melemah -137,63 poin atau -4,42 persen ke level 2.978 pada pukul 21.15 WIB atau 21.15 Waktu New York. Indeks Dow Jones Industrial Average juga demikian, terkoreksi -1.190,64 poin atau -4,32 persen ke level 25.766.
Sementara itu, Nasdaq Composite Index (CCMP) juga parkir di zona merah 2,93 persen atau -236,49 poin ke level pada pukul 10.42 WIB atau 10.42 Waktu New York.
Koreksi indeks S&P 500 pada perdagangan Jumat (28/2/2020) membuat indeks tersebut terjerembab 15 persen dari rekornya. Ini merupakan penurunan indeks terpanjang selama lebih dari tiga tahun. Indeks S&P 500 tengah berada dalam fase terburuk sejak Desember 2018.
Kekhawatiran atas kejatuhan perekonomian akibat penyebaran virus corona (Covid-19) masih menjadi penyebab utama koreksi Bursa AS. Koreksi pada pembukaan perdagangan hari ini juga sekaligus menjadi yang ketujuh secara berturut-turut.
Sebelumnya, Pemerintah Jerman telah mengkarantina sekitar seribu orang. Adapun Swiss membatalkan hajat besar Geneva Car Show. Iran dan Korea Selatan juga melansir lebih banyak infeksi sementara kasus pertama virus corona muncul di Meksiko dan Nigeria.
Baca Juga
Kejatuhan Bursa AS juga mengikuti koreksi serupa di Eropa dan Asia. Sebelumnya, indeks Stoxx 600 juga anjlok 3,5 persen pada pembukaan perdagangan hari ini. Sementara itu, indeks Topix (Jepang) dan Hang Seng (Hong Kong) turun 3,65 persen dan 2,42 persen.
Chief Market Strategist SunTrust Keith Lerner menulis dalam sebuah catatan, situasi yang terjadi saat ini, investor pertama-tama mulai menjual sahamnya karena ingin segera keluar dari pasar dengan biaya berapapun.
"Ada sedikit keraguan bahwa virus corona akan terus membebani ekonomi global dan AS tidaklah kebal. Ada banyak yang tidak kita ketahui, namun masih terlalu dini untuk menyarankan bahwa ini akan menjadi dasar bagi resesi ekonomi AS," tulisnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (28/2/2020).
Prospek perekonomian global kini mulai dipangkas. Bank of America meramal bahwa perekonomian global akan mencapai titik terlemah sejak krisis keuangan seiring dengan permintaan dari China yang melemah akibat dampak virus corona.