Bisnis.com, JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mencatat kerugian bersih sebanyak Rp185,42 miliar pada 2019, turun 60 persen dibandingkan dengan kerugian pada 2018. Perseroan masih menanggung kerugian karena beban bahan bakar melonjak.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dilansir perseroan, Jumat (28/2/2020), AirAsia Indonesia mencetak pendapatan sebanyak Rp6,73 triliun sepanjang 2019 atau naik 79 persen secara tahunan.
Namun, di sisi lain beban operasional juga meningkat tajam. Misalnya, beban bahan bakar pesawat naik 107 persen menjadi Rp2,52 triliun. Konsumsi bahan bakar pesawat memang meningkat 7 persen menjadi 2,04 juta barel.Adapun harga bahan bakar turun 10 persen menjadi US$77 per barel.
Kenaikan konsumsi bahan bakar tidak terlepas dari pertumbuhan jumlah penerbangan sebesar 49 persen, dari 35.627 penerbangan pada 2018 menjadi 52.947 penerbangan pada 2019.
Beban operasional dari bahan bakar bisa diimbangi peniadaaan beban penyewaan pesawat sebesar Rp571,41 miliar. Sebelum dipotong bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, pendapatan AirAsia Indonesia masih minus Rp105,39 miliar, turun sekitar 130 persen secara tahunan.
Namun, berkat penurunan beban pajak dan pajak tangguhan, rugi bersih perseroan setelah pajak tercatat sebesar Rp185,42 miliar, menyusut 60 persen dari posisi pada 2018 sebesar Rp465,58 miliar.
Sepanjang tahun lalu, jumlah penumpang yang diterbangkan Air Asia mencapai 7,96 juta, naik 52 persen secara tahunan. Kapasitas penumpang AirAsia Indonesia meningkat 49 persen menjadi 9,53 juta penumpang, seiring dengan penambahan 4 pesawat baru.
Peningkatan aktivitas tersebut membuat seat load factor atau tingkat keterisian AirAsia Indonesia meningkat dari 82 persen menjadi 84 persen.