Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Anjlok 4 Persen, Tertekan Sentimen Malaysia

Pada penutupan perdagangan Selasa (25/2/2020), harga CPO di Bursa Malaysia turun 4,13 persen atau 105 poin menuju 2.438 ringgit per ton. Harga pun terkoreksi 18,45 persen sepanjang tahun berjalan.
Dua pekerja memeriksa proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG secara co-processing di kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatra Selatan, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi
Dua pekerja memeriksa proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG secara co-processing di kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatra Selatan, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit atau CPO tertekan seiring dengan sentimen politik di Malaysia dan penurunan volume ekspor akibat virus corona.

Pada penutupan perdagangan Selasa (25/2/2020), harga CPO di Bursa Malaysia turun 4,13 persen atau 105 poin menuju 2.438 ringgit per ton. Harga pun terkoreksi 18,45 persen sepanjang tahun berjalan.

Harga CPO terkini juga mencerminkan level terendah sejak Oktober 2019. Padahal, pada Januari 2020 harga sempat mencapai level tertinggi 3 tahun. Penurunan harga yang begitu cepat menunjukkan tren CPO sedang bearish.

Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics di Singapura, menyampaikan pasar CPO global sedang terbebani sejumlah faktor. Penyebaran corona yang tak terduga di China dan beberapa negara lain masih menjadi perhatian utama.

Di sisi lain, ekspor Malaysia menunjukkan penurunan. Padahal, negara tersebut merupakan produsen kedua terbesar di dunia setelah Indonesia.

Berdasarkan data perusahaan survey kargo Intertek Testing Services, ekspor Malaysia pada 25 hari pertama Februari 2020 mencapai 970.764 ton, turun 5 persen dari periode yang sama pada bulan sebelumnya.

“Saya melihat harga CPO ke depan belum akan pulih, karena ada proyeksi produksi meningkat sedangkan ekspor menurun,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/2/2020).

Sementara itu, dibalik persoalan fundamental antara suplai dan perminatan, investor juga berhati-hati dengan gejolak politik di Malaysia, terutama setelah pengunduran diri Perdana Menteri Mahathir Mohamad secara tiba-tiba.

Malaysia yang dijadwalkan akan meluncurkan paket stimulus pada Kamis (27/2/2020) pun rencananya akan menunda putusan tersebut.

Corona masih menjadi momok karena penyebarannya yang meningkat cepat ke sejumlah negara, seperti Italia dan Iran. Korban tewas di China mencapai 2.663 jiwa, sedangkan kasus di seluruh dunia berkisar 80.000 jiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper