Bisnis.com, JAKARTA - Mengiringi pengunduran diri Perdana Menteri Mahathir Mohamad, indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 2,7 persen pada pukul 16:10 di Kuala Lumpur. Anjloknya bursa saham ini memperpanjang penurunan dari level tertinggi mulai April 2018 menjadi lebih dari 21 persen.
Kerusuhan yang mengakibatkan pengunduran diri mendadak PM Mahathir, ditambah dengan kekhawatiran akan wabah coronavirus, akhirnya mendorong indeks ke wilayah merah.
Dilansir Bloomberg, Senin (24/2/2020), prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia yang terus melambat dari level terendah dalam satu dekade juga telah menekan indeks saham tahun ini, setelah penurunan 6 persen pada 2019. Itu merupakan kinerja terburuk pada pasar saham utama Asia.
Partai yang mengusung Mahathir juga keluar dari koalisi yang berkuasa. Para pendukung Mahathir dilaporkan telah bermanuver untuk membentuk pemerintahan baru yang akan mengecualikan Anwar Ibrahim, orang yang telah diposisikan untuk menggantikannya.
Seperti diketahui, kedua tokoh ini telah bergandengan tangan 2 tahun lalu untuk menggulingkan aliansi berkuasa selama enam dekade.
"Mengingat banyak kemungkinan konfigurasi politik di persimpangan ini, investor harus memperhatikan peristiwa dengan hati-hati untuk saat ini," kata Chang Wei Liang, ahli strategi makro di DBS Group Holdings Ltd. di Singapura.
Dia mengatakan masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan. Pasar masih harus menunggu dan melihat situasi. Stabilitas ringgit Malaysia akan menjadi tujuan kebijakan penting selama periode ini.
Sementara itu, kurs ringgit melemah sebanyak 0,9 persen menjadi 4,2271 per dolar, terendah sejak September 2019. Obligasi jatuh melintasi kurva. Saham terbesar negara itu antara lain, MISC Bhd, Sime Darby Bhd, dan RHB Bank Bhd, masing-masing jatuh setidaknya 4,5 persen.
PM Mahathir mengundurkan diri melalui surat yang dikirim ke Raja Malaysia hari ini pukul satu siang waktu setempat. Mahathir, 94 tahun, menduduki jabatan Perdana Menteri pada Mei 2018 untuk kali kedua.