Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dipicu Kecemasan Baru Virus Corona, Bursa AS Dibuka Melemah

Indeks S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq kompak dibuka memerah.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat langsung bergerak di zona merah pada pembukaan Jumat (21/2/2020), dipicu kekhawatiran baru terkait dampak turunan wabah virus corona (covid-19).

Indeks S&P 500 dibuka di level 3.343.69 atau turun 0,86 persen pada pukul 09.58 Waktu New York. Indeks Dow Jones Industrial juga melempem karena dibuka melemah 0,9 persen menjadi 28.958. Adapun Nasdaq juga dibuka melemah 1,32 persen di level 9.620.

Dilansir dari Bloomberg, penurunan tiga indeks di pasar saham AS mengekor kejatuhan indeks Stock Europe 600. Indeks Hang Seng dan Kospi Korea juga turun lebih dari 1 persen.

Imbal hasil obligasi tenor 30 tenor mengarah ke rekor terendah di tengah data yang menunjukkan aktivitas bisnis AS menyusut ntuk pertama kalinya sejak 2013. Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun telah jatuh kembali di bawah 1,5 persen.

Semua ini tidak terlepas dari kekhawatiran pasar terhadap dampak turunan virus corona yang sudah meluas ke berbagai sektor. Saat virus ini menyerang rantai pasok, banyak perusahaan ragu-ragu melakukan pemesanan.

Investor langsung tersengat oleh oleh lonjakan infeksi di luar China dan serangkaian peringatan baru oleh perusahaan mengenai dampak potensial virus pernapasan mematikan terhadap bisnis.

Kekhawatiran yang berkembang membuat investor kembali berburu aset aman atau safe haven. Hal itu membuat rekor Indeks S&P 500 pada Rabu (19/2/2020) terjungkal.

"Investor tiba-tiba kedinginan dan berlari untuk keluar," kata Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan untuk MUFG Union Bank seperti dilansir dari Bloomberg.

Rupkey melanjutkan, "Imbal hasil obligasi dan harga saham kembali sinkron hari ini karena pasar yang jatuh berarti prospek ekonomi tidak terlihat sebaik tahun ini seperti yang dipikirkan banyak orang."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper