Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Timbang Stimulus China, Penguatan Harga Minyak Mereda

Penguatan harga minyak mereda pada perdagangan Senin (17/2/2020) seiring dengan pertimbangan investor dalam mengukur dampak dampak dari rencana China memulihkan ekonominya.
Eksplorasi minyak di lepas pantai/Antara
Eksplorasi minyak di lepas pantai/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan harga minyak mereda pada perdagangan Senin (17/2/2020) seiring dengan investor tengah menilai dampak dari stimulus yang digelontorkan China untuk memulihkan ekonominya yang terpapar virus corona.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.19 WIB harga minyak jenis WTI untuk kotrak Maret 2020 di bursa Nymex bergerak menguat 0,21 persen menjadi US$52,16 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2020 di bursa ICE bergerak menguat tipis 0,03 persen menjadi US$57,34 per barel.

Penguatan minyak mereda setelah pada pekan lalu logam hitam tersebut mengalami kenaikan mingguan terbesar sejak September 2019 karena harapan investor terhadap pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya telah memudar.

Minyak jenis Brent berhasil menguat sebesar 5 persen pada pekan lalu, menjadi penguatan mingguan terbaik sejak lima bulan lalu. Minyak jenis WTI naik 3,4 persen pada pekan lalu, menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak Desember.

Founder Vanda Insights, Vandana Hari mengatakan bahwa penguatan pada pekan lalu hanyalah optimisme sementara pasar terhadap penyebaran virus corona yang diyakini sudah dapat diatasi oleh China.

“Tapi optimisme yang berhati-hati itu tidak cukup untuk minyak mentah untuk memulihkan semua kerugian yang telah hilang,” ujar Vandana seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (17/1/2020).

Goldman Sachs Group Inc. memangkas perkiraan permintaan minyak mentah 2020 hampir setengahnya dan menurunkan perkiraan harga kuartal pertama sebesar 16 persen. 

Sementara itu, Arab Saudi belum menyerah untuk mendorong pertemuan darurat untuk OPEC dan sekutunya agar dapat membicarakan kemungkinan kebijakan pemangkasan produksi setelah harga terkoreksi dalam akibat sentimen penyebaran virus corona.

Di sisi lain, China, Hong Kong, dan Singapura telah menjanjikan untuk menggelontorkan stimulus fiskal ekstra untuk melawan pukulan ekonomi dari virus korona yang mematikan.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan harga minyak perlu menembus level resisten US$52,3 per barel untuk melanjutkan penguatan. Kenaikan lebih lanjut dari level resisten tersebut berpeluang menopang kenaikan harga minyak menguji level resisten selanjutnya di US$52,55 per barel dan US$52,75 per barel.

“Namun bila harga tidak mampu menembus level resisten di US$52,3 per barel, harga minyak berpeluang bergerak turun menguji level support US$51,65 per barel, penurunan lebih lanjut, berpotensi menekan harga minyak menguji level support berikutnya di US$51,4 per barel dan US$51,15 per barel,” ujar Ahmad seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (17/2/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper