Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri (TPIA) Kembali Merilis Obligasi Rp750 Miliar

Berdasarkan keterbukaan informasi publik yang dirilis pada Senin (27/1/2020), emiten berkode saham TPIA tersebut akan menerbitkan surat utang dengan tingkat bunga sebesar 8,70 persen.
Repro/Chandra Asri Petrochemical
Repro/Chandra Asri Petrochemical

Bisnis.com, JAKARTA – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) akan merilis obligasi berkelanjutan II tahap III senilai Rp750 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi publik yang dirilis pada Senin (27/1/2020), emiten berkode saham TPIA tersebut akan menerbitkan surat utang dengan tingkat bunga sebesar 8,70 persen. Pembayaran bunga obligasi pertama akan dimulai pada 12 Mei 2020 dan jatuh temponya pada 12 Februari 2025.

Adapun obligasi ini merupakan kelanjutan dari obligasi berkelanjutan II tahap pertama pada 2018 dengan nilai emisi Rp 500 miliar dan tahap kedua pada 2019 senilai Rp750 miliar. Dengan demikian secara total perseroan mampu meraup senilai Rp2 triliun dari obligasi berkelanjutan II yang dibagi menjadi 3 tahap.

“Obligasi ini ditawarkan dengan  satuan pemesanan senilai Rp5 juta. Dana bersih yang diperoleh dari hasil penerbitan ini digunakan untuk  keperluan modal kerja seluruhnya,” jelas prospektus tersebut dikutip pada Senin (27/1/2020).

Adapun total Obligasi yang telah diterbitkan oleh Perseroan dan masih terutang senilai Rp2,38 triliun dan US$300 juta.

Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada 30 September 2019, Perseroan dan Entitas Anak memiliki liabilitas jangka pendek sebesar US$472,77 juta.

Perusahaan petrokimia tersebut melaporkan pendapatan bersih senilai US$1,39 miliar per 30 September 2019. Perolehan tersebut turun 29,28 persen dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$1,96 miliar.

Pendapatan sebelum eliminasi berasal dari segmen olefin senilai US$476,07 juta, polyolefin senilai US$644,9 juta, styrene monomer senilai US$285,99 juta, dan butadiene senilai US$133,61 juta, dan sewa tangki dan dermaga senilai US$7,65 juta.

Perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan turun 24,53 persen secara tahunan menjadi US$1,22 miliar. Sehingga, laba kotornya menjadi US$167,31 juta atau turun 51,54 persen secara tahunan. Perseroan juga mencatatkan kenaikan beban keuangan 10,64 persen secara tahunan menjadi US$42,1 juta. Sementara itu, rugi kurs mata uang asing dapat ditekan 84,99 persen menjadi US$2,71 juta.

Dari situ, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 81,48 persen, dari US$169,85 juta per kuartal III/2018 menjadi US$31,46 juta per kuartal III/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper