Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Cenderung Menguat, Kalbe Farma Berharap Dongkrak Laba

PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mengharapkan mampu mendongkrak laba bersih pada tahun ini hongga tumbuh 5 persen atau sekitar Rp2,58 triliun setelah pada akhir tahun lalu diperkirakan hanya mampu naik sekitar 2 persen atau sekitar Rp2,46 triliun.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius (kiri) bersama Kepala Kalbe Learning Centre (KLC) Micha Catur Firmanto saat memberikan paparan di sela-sela acara kunjungan ke fasilitas Kalbe Learning Centre di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta, Rabu, (6/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius (kiri) bersama Kepala Kalbe Learning Centre (KLC) Micha Catur Firmanto saat memberikan paparan di sela-sela acara kunjungan ke fasilitas Kalbe Learning Centre di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta, Rabu, (6/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mengharapkan mampu mendongkrak laba bersih pada tahun ini hongga tumbuh 5 persen atau sekitar Rp2,58 triliun setelah pada akhir tahun lalu diperkirakan hanya mampu naik sekitar 2 persen atau sekitar Rp2,46 triliun.

Presiden Direktur Kalbe FarmaVidjongtius mengatakan kinerja pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu dengan mencermati kinerja pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil di kisaran 5 persen. Dia juga melihat rupiah pada awal tahun ini cenderung mengalami penguatan yang dapat menekan harga pokok.

Berdasarkan data bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AA)menunjukkan tren penguatan dan bertengger pada level 13,582 turun 0,41 persen dibandingkan pada spot penutupan sebelumnya 13,636

“Hal ini menjadi awal yang positif. Kami juga melihat optimisme pasar seperti misalnya ritel konsumen, walaupun kadang-kadang ada pengaruh online-nya ini kan cukup positif, ini kan yang memberikan kita harapan, bahwa 2020 ini lebih baik dibandingkan dengan 2019,” jelasnya, Jumat (24/1/2020).

Vidjongtius mengakui bahwa pada akhir tahun lalu, minimnya laba bersih lantaran terpukul oleh volatilitas rupiah yang mengakibatkan naiknya komponen harga bahan baku yang masih impor.

Selain itu tingginya nilai tukar rupiah juga dibarengi dengan pelemahan daya beli konsumen. Utamanya komponen harga untuk layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tak serta merta bisa ikut naik ketika harga pokok naik.

“Maka rupiah untuk farmasi memang penting. Jadi kita selain mencadangkan uang rupiah di balance sheet kita, itu kita juga pengen rupiah ini benar-benar strong, itu saja harapan kita sih, mudah-mudahan aspek makro ini memang baik,”imbuhnya.

Tak hanya laba bersih, Kalbe mengharapkan pertumbuhan top line sekitar 7 hingga 9 persen. Vidjongtius memperkirakan sepanjang akhir tahun lalu pertumbuhan penjualan hanya mampu mencapai 7 persen atau sekitar Rp22,4 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menurutnya kenaikan iuran BPJS kesehatan akan membantu memperbaiki siklus modal kerja untuk BPJS. Dampaknya pembayaran yang diterima Kalbe akan lebih tepat waktu.

“Sekarang ini pembayarannya delayed, bisa beberapa bulan delayed, bayar sih bayar, hanya agak tertunda. Sehingga umur piutangnya memang jadi panjang. Itu kan memberatkan modal kerja. Merekanya tidak lancar bayar, kami sebagai produsen juga tidak lancar,” jelasnya .

Untuk tahun ini, perseroan masih dalam proses menentukan penjualan untuk layanan BPJS. Pada tahun lalu kontribusi penjualan untuk layanan ini mencapai 15 persen dari total penjualan produk obat resep. Produk farmasi sendiri berkontribusi sebesar 25 persen dari total penjualan konsolidasi grup.

Pada tahun ini pertumbuhan penjualan dari layanan BPJS bisa mencapai 10 persen.

Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, produsen Extra Joss itu membukukan penjualan bersih sebesar Rp16,83 triliun, tumbuh 7,33 persen secara tahunan.

Penjualan ditopang penjualan segmen distribusi dan logistik yang tumbuh 13,81 persen menjadi Rp5,31 triliun, diikuti segmen nutrisi yang tumbuh 4,58 persen menjadi Rp4,84 triliun. Sementara itu, penjualan segmen obat resep tumbuh 6,57 persen menjadi Rp3,92 triliun, serta segmen produk kesehatan tumbuh 1,90 persen menjadi Rp 2,76 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper