Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia ‘Berdarah’, IHSG & Rupiah Unjuk Gigi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mematahkan rangkaian pelemahannya dan berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (23/1/2020), ketika rata-rata bursa saham di Asia tertekan.
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mematahkan rangkaian pelemahannya dan berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (23/1/2020), ketika rata-rata bursa saham di Asia tertekan.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 6.249,21 dengan kenaikan 0,25 persen atau 15,76 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (22/1/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.233,45 dengan penurunan 0,08 persen atau 4,70 poin, koreksi hari ketiga berturut-turut.

Indeks mulai bangkit ke zona hijau dengan dibuka naik 0,17 persen atau 10,54 poin di posisi 6.244 pada Kamis (23/1) pagi. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di level 6.229,13 – 6.255,04.

Enam dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin industri dasar (+1,25 persen) dan aneka industri (+0,64 persen). Tiga sektor lainnya melemah, dipimpin perdagangan yang turun 0,67 persen.

Adapun dari 676 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 182 saham menguat, 219 saham melemah, dan 275 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang masing-masing naik 0,64 persen dan 3,02 persen menjadi pendorong utama IHSG.

Di sisi lain, pelemahan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) masing-masing sebesar 0,32 persen dan 1,21 persen menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya penguatan IHSG.

Menurut Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, pola gerak IHSG dipengaruhi data perekonomian tentang suku bunga hari ini.  

Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Kamis (23/1), Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di 5,00 persen.

Sejalan dengan kebijakan tersebut, suku bunga deposit facility dan lending facility dipatok tetap di 4,25 persen dan 5,75 persen masing-masing.

Sementara itu, lanjut William, IHSG terlihat masih berada dalam rentang konsolidasi wajar di tengah penantian untuk kenaikan lanjutan.

“Support level terlihat dapat terjaga dengan baik, capital inflow secara ytd yang masih tercatat lebih besar dibanding outflow sepanjang tahun sebelumnya masih menunjukkan minat investor terhadap pasar modal Indonesia,” papar William melalui hasil risetnya.

Bersama IHSG, nilai tukar rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen di level Rp13.639 per dolar AS, setelah terapresiasi 23 poin dan berakhir di posisi 13.646 pada Rabu (22/1).

Meski demikian, indeks saham lain di Asia mayoritas tertekan di zona merah, di antaranya adalah indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang masing-masing ditutup melemah 0,98 persen dan 0,78 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China bahkan anjlok 2,75 persen dan 3,10 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan dan Hang Seng Hong Kong berakhir melorot 0,93 persen dan 1,52 persen masing-masing.

Dilansir Reuters, bursa Asia turun tajam di tengah meningkatnya kekhawatiran investor atas penyebaran virus corona (coronavirus) baru asal China menjelang libur Tahun Baru Imlek.

Pelemahan bursa Asia hari ini didorong bursa China yang anjlok sekitar 3 persen, penurunan harian terbesar sejak 6 Mei 2019.

Di pasar mata uang, nilai tukar yuan China melemah ke level terendahnya dalam dua pekan. Sebaliknya, aset-aset investasi aman (safe haven) seperti yen Jepang, emas, dan obligasi AS menanjak setelah pemerintah China memulai blokade kota Wuhan, tempat virus ini bermula.

Kematian di China akibat coronavirus baru bertambah menjadi 17 pada Rabu (22/1/2020), dengan hampir 600 kasus dikonfirmasi.

Penularan wabah ini telah membangkitkan kekhawatiran atas pengalaman wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, sekitar 17 tahun lalu yang menelan hampir 800 nyawa.

"Pasar mengekspresikan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan,” ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, Sydney.

“Virus corona telah memicu sebagian kehati-hatian. Tidak ada alasan untuk memperkirakan pandemi global sekarang, tetapi ada perubahan posisi di pasar keuangan,” tambahnya, seperti dilansir Reuters.

Sejumlah kasus akibat virus ini telah terdeteksi di Beijing, Shanghai, Makau, Hong Kong, Jepang, dan Amerika Serikat. Wali Kota Wuhan menutup jaringan transportasi dan mendesak warga untuk tidak bepergian karena khawatir dengan penyebaran wabah itu.

Namun, ada kekhawatiran virus tersebut dapat menyebar dengan cepat, mengingat jutaan orang China bepergian ke dalam dan luar negeri ini selama liburan Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada Jumat (24/1/2020).

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

BBRI    

+0,64

BRPT

+3,02

TPIA

+1,29

ASII

+0,71

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

BMRI

-0,32

UNTR

-1,21

PTBA

-2,82

KLBF

-0,94

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper