Bisnis.com, JAKARTA – Yen berhasil menguat bersamaan dengan emas seiring dengan investor yang mulai menjauhi aset investasi berisiko setelah komandan militer paling senior Iran tewas akibat serangan udara AS.
Yen yang sering dianggap investor sebagai aset investasi yang aman dari segala risiko karena status Jepang yang merupakan kreditor terbesar dunia, berhasil mendapatkan manfaat karena diburu oleh investor di saat situasi global sedang tidak kondusif.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (6/1/2020) yen bertahan di dekat level terkuat terhadap dolar AS dalam hampir tiga bulan dan terapresiasi untuk tiga hari berturut-turut.
Hingga pukul 13.21 WIB, mata uang Jepang bergerak menguat tipis 0,09% menjadi 107,99 yen per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak stabil di level 96,873.
Kepala Strategi Al Dhabu Capital Ltd Mohammed Ali Yasin mengatakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun dengan ketegangan geopolitik yang cukup tinggi, yang akan terjadi hampir sepanjang tahun.
“Investor yang sebelumnya berharap 2020 menjadi tahun yang lebih baik dari sentimen geopolitik di Timur Tengah dan Afrika Selatan dibandingkan dengan yang terjadi pada 2019 harus menerima kenyataan, bahwa harapan itu pupus begitu cepat,” ujar Ali seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (6/1/2020).
Risiko geopolitik pada awal tahun ini berkobar setelah Jenderal Iran Qassem Soleimani tewas di Irak pekan lalu dalam serangan pesawat tak berawak yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Presiden Iran Hassan Rouhani bersumpah akan membalas dendam, sedangkan Presiden Trump mengatakan bahwa AS telah mengidentifikasi 52 situs Iran yang akan dihantam sangat keras jika Iran membalas. Pemerintah Iran juga mengatakan bahwa pihaknya tidak akan lagi mematuhi batasan pengayaan uraniumnya.
Sean MacLean, ahli strategi penelitian di Pepperstone Melbourne, mengatakan bahwa situasi pasar akan tetap sangat tegang terhadap kemungkinan pembalasan Iran dan apa yang mungkin dilakukan Presiden AS Donald Trump selanjutnya.
Dia mengatakan bahwa kemungkinan yen akan menahan penguatannya sementara karena investor akan menanti tanggapan Iran atas serangan tersebut.
“Pasar akan menanti, tetapi situasi masih sangat tegang sehingga pergerakan yen mungkin akan terbatas,” papar Sean seperti dikutip dari Reuters.