Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan AS-China Goyahkan Saham Asia

Presiden AS Donald Trump pada Rabu (27/11/2019), menandatangani legislasi hukum yang mendukung pemrotes pro-demokrasi di Hong Kong. Kementerian Luar Negeri China segera memperingatkan kemungkinan langkah-langkah balasan yang tegas sebagai tanggapan dari kebijakan AS tersebut.
Sebuah mobil terbakar selama bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan polisi anti huru hara di Tsim Sha Tsui, di Hong Kong./Reuters
Sebuah mobil terbakar selama bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan polisi anti huru hara di Tsim Sha Tsui, di Hong Kong./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Saham Asia terpantau goyah di tengah kekhawatiran terhadap ketegangan yang meningkat antara AS-China terhadap aksi protes di Hong Kong.

Presiden AS Donald Trump pada Rabu (27/11/2019), menandatangani legislasi hukum yang mendukung pemrotes pro-demokrasi di Hong Kong. Kementerian Luar Negeri China segera memperingatkan kemungkinan langkah-langkah balasan yang tegas sebagai tanggapan dari kebijakan AS tersebut.

Ketegangan yang meningkat menghambat keuntungan selama sepekan untuk indeks MSCI dari saham Asia Pasifik, selain Jepang, turun hampir 0,1%.

Nikkei Jepang, Hang Seng Hong Kong, dan blue chip Shanghai keluar masuk wilayah positif, seiring dengan momentum yang melemah.

E-Mini futures untuk S&P 500 ESc1 turun 0,3%, sedangkan EUROSTOXX 50 futures STXEc1 turun 0,1%.

Di bagian selatan dunia, S&P/ASX 200 Australia dan NZ50 Selandia Baru justru mengikuti tren Wall Street ke rekor tertinggi.

Kay Van-Petersen, ahli strategi makro global di Saxo Capital Markets, Singapura, mengatakan kondisinya dapat berubah menjadi lebih buruk sambil para investor menunggu detil lebih lanjut tentang tanggapan China.

"Kita berpotensi melihat peluang lebih besar untuk pergerakan ke bawah berdasarkan apa yang terjadi dalam 24-48 jam ke depan," ujarnya, dikutip melalui Reuters, Kamis (28/11/2019).

Putaran berikutnya pada tarif impor AS untuk barang-barang asal China akan mulai berlaku pada 15 Desember.

Indeks Wall Street mencapai rekor tertinggi baru dalam semalam, didukung oleh harapan kesepakatan perdagangan dan data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS sedikit meningkat pada kuartal ketiga.

Data lain menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran turun. Ada tanda-tanda penurunan investasi bisnis mungkin hampir berakhir dan The Fed mengatakan prospek ekonomi cerah.

"Kekhawatiran bahwa ekonomi AS mungkin akan melemah, ke titik di mana The Fed mungkin harus melanjutkan pelonggaran kebijakan tahun depan, telah sedikit mereda," kata Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank.

Pasar mata uang dan komoditas bergerak lebih berhati-hati.

Dolar AS dan mata uang lain yang terekspos dengan perdagangan melemah setelah Trump menandatangani RUU Hong Kong menjadi undang-undang.

Undang-undang tersebut dianggap mendukung para pemrotes anti-pemerintah di kota itu, karena mereka mengancam sanksi untuk pelanggaran hak asasi manusia dan berusaha untuk melindungi otonomi Hong Kong.

Kebijakan Trump dikecam oleh China sebagai campur tangan Washington dalam urusan dalam negeri.

Yen naik 0,1% menjadi 109,46 yen per dolar AS, sedangkan mata uang berisiko seperti dolar Australia turun dengan margin yang sama menjadi US$0,6768.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper