Bisnis.com, JAKARTA - Pemesanan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel terakhir tahun ini, yakni Sukuk Tabungan (ST) seri ST006, dibuka pada Jumat (1/11/2019) pukul 09.00 WIB.
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (1/11), periode pemesanan SBN dengan kupon sebesar 6,75 persen ini berlangsung hingga Kamis (21/11) pukul 10.00 WIB.
Instrumen SBN ritel ke-10 pada tahun ini merupakan instrumen tanpa warkat yang tidak dapat diperdagangkan dan tidak dapat dicairkan kecuali saat jatuh tempo dan pada masa pencairan awal. Masa pencairan awal maksimal sebesar 50 persen dari total pembelian pada 20 Oktober 2019-4 November 2020.
Baca Juga
Adapun pembayaran kupon pertama akan dibayarkan pada 10 Januari 2020 dan akan dilakukan setiap bulan hingga jatuh tempo pada 10 November 2021. Pembelian ST006 bisa dilakukan senilai Rp1 juta dan maksimum Rp3 miliar.
Sebelumnya, Kepala Riset BNI Sekuritas Ariawan mengatakan dengan pajak 15 persen, kupon yang didapatkan masih cukup besar yakni 5,7 persen. Pasalnya, deposito dikenai pajak lebih besar yakni 20 persen.
Di sisi lain, instrumen SBN ritel tergolong aman dan dijamin kupon dan pokok oleh Undang-Undang (UU). Hal itu berbeda dengan deposito yang hanya mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan nilai maksimal Rp2 miliar.
Meskipun ST006 merupakan instrumen terakhir dan menawarkan kupon terendah di tahun ini, dia menyebut masih ada pasar yang bakal menyerap instrumen tersebut. Utamanya, pemegang instrumen ST di seri sebelumnya dan investor baru dari kalangan milenial.
“Kupon masih cukup menarik karena dengan pajak sebesar 15 persen, net kupon yang didapat masih sekitar 5,7 persen lebih tinggi dari net bunga deposito dengan tax 20 persen,” ujar Ariawan saat dihubungi Bisnis, Kamis (31/10).
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyampaikan meskipun kupon yang ditawarkan rendah, masih ada ceruk pasar investor ritel yang bisa digarap.
Dia mengakui investor ritel sangat sensitif terhadap besarnya kupon. Namun, masih ada ruang untuk menjangkau investor baru yang ingin menjajal instrumen investasi.
Mitra distribusi dari kalangan perbankan, lanjut Ramdhan, bisa menjamah nasabah-nasabahnya meskipun hal itu bisa menggerus jumlah pemegang deposito. Di sisi lain, mitra distribusi daring bisa menjangkau investor yang lebih umum dan juga menggaet investor baru melalui kepraktisan transaksi melalui platform daring.
Saat ini, terdapat 23 mitra distribusi yang telah ditetapkan melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik mulai dari beberapa bank seperti Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank Panin, Bank CIMB Niaga, dan Bank Permata.
Selain itu, terdapat beberapa sekuritas yang melayani transaksi yakni Danareksa, Trimegah Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas. Dari financial technology (fintech), terdapat Investree, Bareksa, Tanamduit, Modalku, dan Invisee.
Dia memperkirakan ST006 masih bisa menggaet pemesanan di kisaran Rp1,5 triliun sampai Rp2 triliun.
“Pasar tetap masih ada karena untuk ritel. Agen penjual udah punya pengalaman. Jadi pemesanan Rp1,5 triliun sampai Rp2 triliun seharusnya masih bisa [dicapai],” tutur Ramdhan.