Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

IPO Jadi Opsi Keberlanjutan Usaha bagi Perusahaan Keluarga

Dengan go public, perusahaan keluarga akan memiliki lebih banyak opsi pendanaan dan pengambilan keputusan yang lebih matang.
Dwi Nicken Tari
Dwi Nicken Tari - Bisnis.com 20 September 2019  |  14:05 WIB
IPO Jadi Opsi Keberlanjutan Usaha bagi Perusahaan Keluarga
Direksi PT Gunung Raja Paksi Tbk. berfoto bersama setelah produsen lembaran baja itu resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/9/2019). - Bisnis/Azizah Nur Alfi

Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah perusahaan keluarga yang masuk ke pasar modal Indonesia kian meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ke depannya, tren ini dinilai masih akan berlanjut mengingat pasar modal merupakan salah satu pilihan untuk menghimpun pendanaan.

Terbaru, produsen lembaran baja PT Gunung Raja Paksi Tbk. yang didirikan oleh enam saudara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/9/2019).

Direktur Utama Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian menerangkan perusahaan yang didirikan pada 20 Agustus 1990 dengan nama PT Gunung Naga Mas di Jakarta ini akhirnya memutuskan untuk menjadi emiten setelah melewati banyak suka dan duka.

“Menarik dalam artian, enam orang kakak-beradik ini kan bekerja sama sesuai area masing-masing, saling kontrol, sehingga bisa tumbuh sampai hari ini,” tuturnya.

Dengan menjadi perusahaan tercatat di BEI, diharapkan pengambilan keputusan bisa lebih cepat. Kendati tentu saja, ada risiko keputusan yang ingin diambil  jadi lebih lambat karena kini keputusan harus diambil dari berbagai perspektif pihak-pihak yang berkepentingan.

Namun, dengan penunjukan profesional untuk mengurus manajemen perseroan, diharapkan segala keputusan memang telah dipertimbangkan dengan baik untuk kelangsungan usaha perusahaan.

Keputusan untuk menjadi perusahaan tercatat, lanjut Alouisius, juga berasal dari penerus generasi pendiri emiten bersandi saham GGRP tersebut, yang tak terlalu banyak terlibat dalam bisnis.

“Mereka juga sepakat untuk menyerahkan kepada profesional untuk menjalankan perusahaan,” imbuhnya.

Kini, para pendiri GGRP duduk di jajaran komisaris, seperti Kamaruddin yang menjabat sebagai Presiden Komisaris. Beberapa nama yang turut mengoperasikan GGRP ketika masih menjadi perusahaan tertutup seperti Limiwaty Lie dan Suliana Taniwan, juga tercatat menempati posisi komisaris.

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menuturkan memang sudah banyak perusahaan keluarga yang listing di bursa. Ke depan, tak tertutup kemungkinan perusahaan-perusahaan keluarga lain di Indonesia akan turut mencari pendanaan di pasar modal.

Menurutnya, pasar modal memang menjadi sumber pendanaan yang menarik bagi perusahaan yang ingin mengembangkan usaha.

Namun, apabila Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga sekitar 50 basis poin (bps) lagi menjelang akhir tahun ini, korporasi diperkirakan dapat pula mempertimbangkan mencari pendanaan dari perbankan alih-alih melakukan Initial Public Offering (IPO).

“Rilis obligasi atau pinjam utang dari bank karena kan kalau BI rate turun, otomatis lending rate turun,” terang Wafi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

ipo perusahaan keluarga
Editor : Annisa Margrit

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top