Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Asia Terpantau Beragam Menjelang Pertemuan FOMC

Indeks ekuitas di Jepang turun tipis, diikuti dengan saham Hong Kong dan Korea Selatan dibuka dengan perdagangan datar. Adapun, saham berjangka pada S&P 500 sedikit berubah.

Bisnis.com, JAKARTA -- Saham di Asia dibuka beragam karena investor menunggu hasil pertemuan bulanan the Fed pada 17-18 September, yang secara umum diperkirakan akan memangkas suku bunga sekali lagi.

Berdasarkan laporan Bloomberg, tresuri bergerak stagnan setelah mengalami kenaikan baru-baru ini.

Sementara itu, indeks ekuitas di Jepang turun tipis, diikuti dengan saham Hong Kong dan Korea Selatan dibuka dengan perdagangan datar. Adapun, saham berjangka pada S&P 500 sedikit berubah.

Indeks Topix Jepang turun 0,3% pada pukul 10:25, waktu Tokyo. Sementara itu, Kospi Korea Selatan hanya bertambah, kurang dari 0,1%. Di Hong Kong, Hang Seng menguat 0,2%.

Imbal hasil tresuri sepuluh-tahun berada pada tingkat 1,81% setelah mengalami penurunan pada sesi kedua Selasa (17/9/2019), ketika Fed memulai pertemuan untuk menenangkan pasar uang.

Di sisi lain, minyak mengalami kemunduran yang berkelanjutan setelah Arab Saudi memulai kembali operasional pabrik yang rusak pascaserangan pada akhir pekan lalu.

Menurut Alec Young, direktur pelaksana penelitian pasar global di FTSE Russell, muncul pendapat bahwa pasar tidak mengharapkan The Fed akan memangkas suku bunganya cukup dalam.

"Urgensinya lebih rendah dari kondisi pada beberapa bulan lalu, meskipun beberapa orang masih mengharapkan pemotongan suku bunga pada kisaran seperempat basis poin," ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (18/9/2019).

Ketika para pembuat kebijakan AS bersiap-siap untuk memutuskan suku bunga, investor juga mencoba untuk mengukur risiko potensi kekurangan pasokan minyak yang membebani ekonomi global.

Sementara itu, kekhawatiran berlarut-larut tentang ketegangan perdagangan, ketika para negosiator tingkat pekerja AS dan China akan memulai kembali perundingan menjelang pertemuan para pejabat tinggi pada Oktober.

Di bagian dunia yang lain, obligasi Italia jatuh setelah mantan Perdana Menteri Matteo Renzi meninggalkan Partai Demokrat, meningkatkan prospek ketidakstabilan politik lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper