Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan gas alam yang akan meningkat dalam beberapa waktu mendatang diproyeksikan dapat mendongkrak kinerja PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Timothy Gracianov, analis Kresna Sekuritas, dalam risetnya menyebutkan bahwa berdasarkan RUPTL 2019—2028, bauran energi pembangkit listrik PLN diproyeksikan sebesar 54,6% batu bara, 22% gas alam, 6% bahan bakar lainnya, dan 11,9% merupakan energi terbarukan (EBT).
Permintaan gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik ke depannya diproyeksikan akan meningkat, meskipun harga yang ditawarkan tidak semurah dibandingkan dengan harga batu bara.
Skema tersebut akan meningkatkan aliran pendapatan PGAS untuk beberapa tahun ke depan dengan asumsi pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata 6,42%.
Pada 2019, pendapatan PGAS diproyeksi turun 4,93% dari US$3,87 miliar pada 2018 menjadi US$3,68 miliar. Sementara itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dan laba bersihnya masing-masing diproyeksi sebesar US$1,07 miliar dan US$245 juta pada 2019.
Sementara itu, manajemen PGAS menyatakan bahwa penetapan kebijakan harga gas 7/11 yang baru masih memiliki ruang untuk menyesuaikan harga jual gas ke pelanggan, karena harga jual gas pada 2018 masih berada di bawah.
Skema 7/11 yang dimaksud tertuang dalam Permen EDSM No. 58 Tahun 2017 yang mengatur bahwa biaya niaga (termasuk margin keuntungan) dari penjualan gas tidak boleh lebih dari 7%.
Sementara itu, Internal Rate Return (IRR) alias tingkat pengembalian modal dari infrastruktur gas dibatasi maksimal 11% per tahun untuk yang sudah existing dan bukan di wilayah baru (non-pioneering). Namun, untuk pembangunan infrastruktur gas di wilayah baru (pioneering), IRR boleh sampai 12% per tahun.
Timothy berpendapat peraturan itu akan memberikan pembentukan harga yang lebih stabil untuk ke depannya. Dia menilai aturan tersebut sebagai katalis yang positif untuk PGAS.
Selain itu, rencana pemindahan ibu kota negara baru ke Kalimantan Timur diproyeksikan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja PGAS pada masa mendatang. Pasalnya. Pemerintah mengusung tema energi hijau untuk ibu kota negara baru ini.
Beberapa infrastruktur di Kalimantan Timur seperti Badak LNG Plant di Bontang yang dimiliki oleh Pertami tercatat sudah dalam keadaan siap. Infrastruktur itu dapat mendukung pasokan gas untuk kebutuhan listrik dengan transmisi pipa gas milik Pertagas di Kalimantan Timur di Kutai Kertanegara.
Adpaun, Kresna Sekuritas memberikan peringkat beli pada PGAS dengan target harga Rp2.380. Rekomendasi itu diberikan menimbang situasi bisnis yang ada saat ini lebih baik dibandingkan dengan kompetitornya.
Pada perdagangan Senin (2/9/2019), PGAS naik 75 poin atau 3,91 persen ke level harga Rp1.995 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2019, PGAS terkoreksi 5,9 persen.