Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Energy Tbk. masih mengandalkan kas internal untuk memenuhi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure tahun ini yang dialokasikan sekitar US$450 juta—US$600 juta.
Lie Luckman, Chief Financial Officer Adaro Energy memaparkan perseroan mengalokasikan belanja modal US$450 juta—US$600 juta pada 2019. Dari jumlah itu, US$200 juta akan digunakan untuk peremajaan alat berat di PT Saptaindra Sejati (SIS).
Pada semester I/2019, SIS melaporkan pertumbuhan volume pengupasan lapisan penutup atau overburden removal (OB) 15% secara tahunan menjadi 107,86 juta bank cubic meter (bcm). Adapun, volume produksi naik 18 secara tahunan menjadi 23,60 juta ton.
Selanjutnya, emiten berkode saham ADRO juga menganggarkan US$200 juta untuk pengembangan di tambang Adaro MetCoal Companies (AMC). Terakhir, alokasi sekitar US$200 juta disiapkan untuk PT Maritim Barito Perkasa (MBP).
“[Sumber belanja modal] masih menggunakan pendanaan internal dan belum ada rencana menggunakan perbankan,” jelasnya di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Dia menyebut perseroan masih memiliki kas internal yang cukup untuk mendanai belanja modal 2019. Oleh karena itu, pihaknya belum melirik penggalangan dana termasuk melalui instrumen di pasar modal.
“[Untuk penerbitan global bond] peluang sih ada saja karena memang saat ini pasar obligasi sedang bagus. Nanti kami lihat,” ujarnya.
ADRO melaporkan belanja modal bersih senilai US$245 juta pada semester I/2019. Perseroan menyebut sebagian besar realisasi itu digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat serta pengembangan AMC.