Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga batu bara terus berlanjut pada perdagangan Rabu (31/7/2019), di tengah tingginya tingkat persediaan komoditas ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2019 ditutup turun 0,29 persen atau 0,20 poin di level US$69,45 per metrik ton dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (30/7/2019), harga batu bara kontrak Agustus bahkan anjlok 2,72 persen atau 1,95 poin dan berakhir di level 69,65 (lihat tabel). Dengan demikian, kontrak Agustus telah mencatat penurunan selama delapan hari berturut-turut.
Adapun harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang lebih aktif September 2019 lebih beruntung sertelah mampu rebound 0,28 persen atau 0,20 poin ke level 72,30 pada Rabu (31/7), mematahkan tekanan koreksi selama beberapa hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Oktober 2019 ikut ditutup melemah 0,42 persen di level 59,95 pada Rabu, penurunan hari keenam.
Sementara itu, harga batu bara thermal untuk pengiriman September 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange berakhir naik tipis 0,14 persen atau 0,8 poin di level 587,6 yuan per metrik ton pada Rabu.
Baca Juga
“Persediaan di pembangkit-pembangkit listrik berada pada tingkat yang relatif tinggi, sedangkan pembangkit listrik tenaga air yang kuat membatasi permintaan batu bara,” terang Analis Huatai Futures Sun Hongyuan dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, harga minyak mentah berhasil ditutup di level tertingginya dalam lebih dari dua pekan pada perdagangan Rabu (31/7).
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman September berakhir menguat 0,9 persen di level US$58,58, kenaikan harian kelima berturut-turut.
Adapun minyak mentah Brent untuk kontrak September, yang berakhir Rabu, menguat 0,45 poin dan ditutup di level US$65,17 per barel di ICE Futures Europe exchange.
“Ada semacam keseimbangan teror antara kondisi makroekonomi dan pertumbuhan produksi AS yang bearish, serta semua ketegangan geopolitik di luar sana," kata Judith Dwarkin, kepala ekonom di RS Energy, seperti dikutip Bloomberg.
Meski demikian, harga minyak kemudian melemah setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell tampaknya meredupkan harapan untuk penurunan suku bunga.
Meskipun The Fed memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada Rabu (31/7), Powell mengatakan kepada wartawan bahwa langkah itu bukan awal dari siklus pelonggaran kebijakan moneter untuk melindungi ekonomi.
Pernyataan tersebut membuat dolar AS melonjak, yang menjadi tanda bearish untuk penjualan minyak mentah.
Pernyataan hawkish Powell juga meluruhkan penguatan harga minyak yang dibuat sebelumnya setelah Departemen Energi AS mengatakan persediaan minyak mentah AS turun 8,5 juta barel pekan lalu, penurunan ketujuh berturut-turut yang lebih tinggi dari perkiraan industri dan analis.
Laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan total cadangan minyak AS berada di level terendah sejak akhir Mei. Total produk minyak bumi yang dipasok mencapai 21,1 juta barel dalam rata-rata empat pekan terakhir, tertinggi selama periode ini sejak tahun 1990.
"Laporan EIA itu sendiri konstruktif, tetapi faktor-faktor di luar pasar ini menekan harga," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates LLC di Houston.
Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2019 di bursa Newcastle | |
---|---|
Tanggal | US$/MT |
31 Juli | 69,45 (-0,29 persen) |
30 Juli | 69,65 (-2,72 persen) |
29 Juli | 71,60 (-2,45 persen) |
Sumber: Bloomberg