Bisnis.com, JAKARTA — Strategi PT Media Nusantara Citra Tbk. untuk meningkatkan pendapatan lewat monetisasi konten dan fokus pada platform video streaming diharapkan tereksekusi dengan baik pada paruh kedua tahun ini.
Beberapa strategi yang dilakukan MNC Group di antaranya berinvestasi dan memperkuat equity link, salah satunya melalui kerja sama dengan Iflix, dan menambah monetisasi digitial program TV.
Chairman MNCN Group Hary Taoesoedibjo mengatakan, penggenjotan equity link dilakukan dengan menukar unsold airtime dengan ekuitas perusahaan lain, umumnya perusahaan start up yang sedang menggalang dana.
Selain itu, perusahaan juga akan menambah monetisasi digital terkait dengan program TV sehingga pemirsa bisa chatting dan berkomentar.
Dengan jumlah trafiknya yang besar, perseroan berharap bisa mengenakan harga premium. Setidaknya, MNCN bisa meraup Rp150 miliar dari konten yang ditayangkan di FTA (free-to-air).
Analis J. P. Morgan Indra Cahya menjelaskan, dalam riset terbarunya bahwa eksekusi yang berhasil dari strategi digital perseroan akan menambah kepercayaan investor terhadap saham MNCN.
Baca Juga
J.P Morgan memperkirakan pertumbuhan pendapatan MNCN sebesar 6 persen dan 5 persen pada 2019 dan 2019 ditopang oleh pendapatan TV (FTA) dan pendapatan digital yang tumbuh signifikan.
Sementara itu, kontribusi pertumbuhan dari sisi digital bisa bertambah dua kali lipat dalam 2 tahun menjadi 7 persen dari sebelumnya 4 persen.
“Perseroan telah meningkatkan monetisasi konten dengan bermitra bersama Disney (via Hotstar), Iflix, dan Youtube. Eksekusi yang sukses dari strategi ini akan memperkuat kepercayaan kami terhadap sahamnya [MNCN],” tulis Indra, seperti dikutip pada Rabu (17/7/2019).
TANTANGAN
Namun demikian, rencana aksi korporasi seperti masuknya investor strategis di MNC Vision Network dan rencana rights issue perseroan bakal menjadi tantangan dalam jangka pendek.
Indra menjelaskan, kesempatan masuknya investor strategis di PT MNC Vision Network Tbk. (IPTV) sedang dirundingkan dengan Vivendi dan Disney. Valuasi IPTV yang lebih rendah dinilai dapat menjadi risiko aliran kas bagi perusahaan induk MNC Investama Tbk. (BHIT) yang menghadapi tumpukan utang sejak kuartal II/2018.
Selain itu, risiko juga bisa datang dari persetujuan investor MNCN untuk melakukan rights issue dengan menerbitkan hingga 1,14 miliar saham baru dengan harga minimum Rp1.600 per saham.
“Karena persertujuan ini valid untuk 2 tahun, hal ini bisa menjadi tantangan, dalam pandangan kami,” tulis Indra.
YOUTUBE
Sementara itu, Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya menambahkan, dalam perjalanan ke Seoul, Korea Selatan, Hary Tanoesoedibjo telah meyakinkan bahwa perseroan dengan passion-nya akan beradaptasi dengan perubahan lansekap industri media di Indonesia,
“Dia [Hary Tanoesoedibjo] menyebutkan bahwa MNCN akan meneruskan konten TV free to air, mendominasi saluran iklan, dan dia juga menekankan bahwa perseroan memiliki perangkat yang baik untuk siap mengubah fokus ke bisnis strategis yang in line dengan pertumbuhan tren iklan internet,” tulis Christine.
HT juga menjelaskan bahwa MNCN telah menggunakan YouTube untuk mempromosikan program TB-nya dengan mengunggah klip pendek. Perseroan pun diuntungkan oleh banyaknya penonton dan subscriber di YouTube sehingga dapat memonetisasi jaringan YouTube.
Adapun, Youtube telah memberikan lisensi multichannel network (MCN) kepada perseroan pada Mei, sehingga MNCN tak hanya dapat menjual kontennya tapi juga bertindak sebagai agen generator konten.
REKOMENDASI
Christine pun masih mempertahankan rekomendasi buy untuk saham MNCN dengan target harga Rp1.500.
Sementara itu, Indra menurunkan rekomendasi saham MNCN menjadi netral dari overweight.
Namun demikian, target harga dinaikkan menjadi Rp1.400 mengingat performa perseroan selama 3 bulan pertama tahun ini dan prospek performa digital ke depannya.
Di lantai bursa, saham MNCN pada Rabu (17/7) ditutup melemah 1,73 persen ke level Rp1.420 dengan kapitalisasi pasar senilai Rp20,27 triliun.