Bisnis.com, JAKARTA – Pound sterling kembali bergerak di zona merah pada perdagangan Senin (15/7/2019) seiring dengan proyeksi pemangkasan suku bunga oleh Bank of England (BoE).
Analis PT Monex Investindo Futures Irdy mengatakan bahwa tidak hanya diakibatkan proyeksi pemangkasan suku bunga acuan oleh BoE, pelemahan pound sterling juga masih diakibatkan oleh pemilihan perdana menteri baru.
“Selain itu, investor juga masih khawatir bahwa ekonomi Inggris akan kehilangan momentum untuk tumbuh di tengah proses Brexit yang tidak kunjung usai,” ujar Irdy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (15/7/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (15/7/2019) hingga pukul 19.04 WIB, pound sterling bergerak melemah 0,27% terhadap dolar AS menjadi US$1,2539 per pound sterling.
Pada pertengahan perdagangan, pound sterling sempat bergerak menguat seiring dengan masih tingginya ekspektasi investor terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed pada akhir bulan ini.
Namun, sebagian besar analis masih menaruh proyeksi bearish pada mata uang setelah serangkaian data ekonomi Inggris yang buruk dan sinyal dari Bank of England bahwa langkah selanjutnya mungkin untuk memotong suku bunga daripada menaikkannya, seperti yang sebelumnya diprediksi.
Bank of America Merrill Lynch memprediksi bahwa bank sentral Inggris akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin dua kali pada tahun depan.
Kepala Ekonom Bank of America Merrill Lynch Rob Wood mengatakan bahwa perang dagang AS dan Chin serta Brexit telah membuat prospek pertumbuhan Inggris lebih lemah daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Pertumbuhan di bawah tren, inflasi di bawah target, dan risiko penurunan besar. Jika bank sentral tidak memotong dalam keadaan seperti itu, maka kapan lagi kesempatan yang harus digunakan,” ujar Rob seperti dikutip dari Bloomberg.
Walaupun demikian, Rob menilai BoE akan tetap menolak pemotongan suku bunga dalam waktu dekat meskipun bank sentral tersebut belum lama ini berubah dovish.
Pada pekan ini, investor akan fokus terhadap beberapa data ekonomi Inggris. Data ketenagakerjaan dan pertumbuhan upah periode Mei yang akan dirilis pada Selasa (16/7/2019) akan menunjukkan bagaimana pasar tenaga kerja Inggris bertahan.
Banyak ekonom memperkirakan ekonomi Inggris akan mengalami kontraksi pada kuartal kedua tahun ini.
Selain itu, investor juga menunggu hasil kontes kepemimpinan Partai Konservatif untuk menggantikan Perdana Menteri Theresa May.
Tokoh Eurosceptic Boris Johnson menjadi calon terfavorit untuk menang melawan Jeremy Hunt dalam pemilihan anggota partai Konservatif. Pemenang akan dinobatkan sebagai perdana menteri pada akhir Juli mendatang.
Adapun, berdasarkan publikasi riset Monex pergerakan pound sterling akan berada di kisaran level support US$1,2520, US$1,2480, dan US$1,2445 per pound sterling. Sementara itu, level resisten pound sterling berada di kisaran US$1,2590, US$1,2615, dan US$1,2645 per pound sterling.
Sementara itu, mengutip riset harian PT Asia Trade Point Futures, pound sterling berpotensi bergerak melemah diantara US$1,25203 per pound sterling hingga US$1,24518 per pound sterling.