Bisnis.com, JAKARTA—Mandiri Sekuritas menilai posisi Indonesia yang memiliki nominal yield dan real yield yang tinggi dibandingkan negara pasar berkembang (emerging market) lainnya bakal menjadi salah satu incaran investasi asing hingga akhir tahun ini.
Handy Yunianto, Kepala Riset Fixed Income Mandiri Sekuritas menjelaskan, pada tahun ini telah terjadi perbalikan arah aliran modal masuk asing (foreign capital inflow) ke pasar modal domestik, khususnya pasar obligasi, ditopang oleh pandangan dovish dari sebagian besar bank sentral utama dunia serta pelemahan dolar AS.
“Tahun 2018 indeks dolar AS naik, suku bunga AS naik 4 kali dan yield Tresuri AS naik. Kondisi itu berbalik arah pada tahun ini di mana yield Tresuri AS turun, ada ekspektasi suku bunga AS turun, dan indeks dolar AS juga ekspektasi melemah,” kata Handy kepada Bisnis.com, Selasa (3/7/2019) malam.
Dirinya memaparkan, dengan kondisi tersebut, Indonesia bakal menjadi salah satu negara emerging market yang diincar oleh aliran modal asing pada paruh kedua tahun ini. Pasalnya, Indonesia memiliki nominal yield dan real yield yang tinggi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.
Selain itu, faktor kenaikan rating dari lembaga pemeringkat internasional S&P kepada Indonesia menjadi BBB dari BBB- juga akan memberikan sentimen positif terhadap peningkatan permintaan obligasi Indonesia dari investor asing.
Oleh karena itu, Handy menilai pasar obligasi pada semester II/2019 masih akan positif dengan sejumlah katalis.
Baca Juga
Pertama, rendahnya suku bunga secara global. Kedua, pemerintah telah berhasil melakukan front loading penerbitan obligasi yang membuat suplai obligasi berkurang. Ketiga, ada potensi penurunan suku bunga dari Bank Indonesia.
Dirinya pun masih mempertahankan perkiraan yield obligasi Pemerintah bertenor 10 tahun hingga akhir tahun ini sebesar 7%.
“[Yield obligasi 10 tahun] bisa berpotensi turun lagi jika terjadi penurunan suku bunga AS lebih dalam yang bisa mendorong yield Tresurii AS ke bawah 2%,” imbuh Handy.