Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas yang terus naik belakangan ini membuat perhatian orang banyak tertuju pada logam mulia ini, termasuk untuk menyimpan aset agar tidak tergerus oleh inflasi. Lalu, pilih mana, emas batangan atau yang sudah berbentuk perhiasan untuk investasi?
Emas sebagai perhiasan bisa menunjang penampilan. Perhasan emas juga bisa langsung dijual atau digadai kerap diyakini sebagai instrumen investasi lantaran harga jualnya yang cenderung stabil.
Jelita Setifa, General Manager The Palace Jeweler mengatakan bahwa banyak konsumen perhiasan yang saat ini menyadari ketika membeli perhiasan, secara tidak langsung mereka telah melakukan investasi gaya hidup atau lifestyle investment.
“Artinya dibandingkan dengan elemen pendukung gaya hidup lainnya, seperti baju, sepatu atau tas, perhiasan lebih memiliki nilai investasi. Hal ini karena ketika akan kita jual kembali, emas masih bisa dihargai atau masih mempunyai nilai jual kembali,” ujarnya.
Meski memiliki kelebihan, berinvestasi dalam bentuk perhiasan emas tetap saja memiliki kekurangan, yaitu besarnya biaya potongan dari ongkos pembuatan.
Begitu pula dengan selisih antara harga jual dan harga beli. “Kalau emas batangan memang memiliki selisih harga jual dan harga beli yang lebih kecil, tetapi tidak bisa dipakai atau dinikmati terlebih dahulu seperti perhiasan. Biasanya produk ini hanya disimpan di safe deposit box,” tuturnya.
Adapun untuk berinvestasi dalam bentuk perhiasan emas, Jelita memiliki saran. Pertama, pastikan membeli emas dengan kadar yang tepat. Kemudian, pastikan juga model yang dibeli mempunyai model klasik sehingga tidak membosankan dipakai untuk jangka waktu yang lama, sambil menunggu harga emas naik ketika akan dijual kembali.
“Hal yang tidak kalah penting adalah pastikan juga membeli emas di toko yang dipercaya. Artinya dipercaya karena menjual kadar yang tepat, kualitas barang yang bagus, dan memiliki layanan purna jual [after sales policy] yang jelas,” terangnya.
Selain itu, dia juga menyarankan agar konsumen tidak terpaku pada harga yang lebih murah, sebab setiap emas yang terkandung di dalamnya memiliki kadar yang berbeda. Dengan kadar beda itu maka secara otomatis harganya pun menjadi beragam.
“Belilah perhiasan yang sudah memiliki SNI [Standar Nasional Indonesia] untuk kadarnya, sehingga kita bisa tenang bahwa perhiasan kita memiliki kadar yang tepat.”
Dia juga mengingatkan agar membeli emas di toko yang memiliki reputasi baik dan memiliki layanan purna jual yang jelas dan transparan.
The Palace Jeweler merupakan salah satu brand dari PT Central Mega Kencana (CMK). CMK Retail Division memiliki beberapa produk unggulan, yang juga merupakan USP (unique selling proposition) dari masing-masing brand yang diusung.
Salah satu produk yang cukup diminati adalah designer collaboration collection, rangkaian koleksi perhiasan yang berkolaborasi dengan desainer fashion papan atas di Indonesia.
Perusahaan perhiasan Frank & co berkolaborasi dengan Sebastian Gunawan, Monday & Miss Mondial berkolaborasi dengan Tex Saverio, dan The Palace Jeweler berkolaborasi dengan Anne Avantie dan Samuel Wattimena.
TABUNGAN Darurat
Tidak semua sepakat bahwa perhiasan merupakan bentuk instrumen investasi. Perencana Keuangan sekaligus CEO Finansialku Melvin Mumpuni menilai bahwa perhiasan tidak bisa dijadikan sebagai investasi.
Menurutnya, banyak faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, perhiasan biasanya menggunakan bahan campuran atau bukan murni emas sehingga tidak semua penjual mau menerima atau kalaupun diterima harganya akan turun.
Kedua, faktor model perhiasan yang berbeda antara waktu membeli dan menjual sehingga bisa saja sudah tidak relevan atau diminati. Ketiga, ketika orang membeli emas maka akan dikenakan biaya produksi untuk mengolah emas dan campurannya menjadi bentuk perhiasan.
Sementara itu, ketika menjualnya, biaya tersebut hilang atau tidak dihitung.
“Menurut saya, perhiasan emas itu bukan bagian dari investasi tetapi lebih tepat disebut sebagai dana darurat, karena kalau kita butuh dana cepat bisa dijual dan harganya tidak merosot jauh,” katanya.
Dia menambahkan, emas yang dibeli beberapa tahun lalu kemudian dijual pada beberapa tahun mendatang harganya akan naik bukan disebabkan oleh harga emas itu sendiri, melainkan faktor nilai tukar mata uang.
Pasalnya, harga emas di Indonesia bergantung pada dua hal yakni harga emas dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sementara itu, nilai tukar itu terus mengalami kenaikan sehingga berdampak pada harga emas yang juga melambung. “Tabungan emas juga akan membantu dalam perencanaan keuangan,” ujarnya.