Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menetap di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (20/6/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG turun 0,12 persen atau 7,83 poin ke level 6.331,43 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (19/6), IHSG ditutup naik tajam 1,31 persen atau 81,93 poin di level 6.339,26.
Sebelum berbalik melemah indeks sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik 0,11 persen atau 6,75 poin di level 6.346,01 pagi tadi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.326,6 – 6.357,46.
Empat dari sembilan sektor menetap di zona merah dipimpin sektor aneka industri (-1,13 persen) dan barang konsumsi (-0,89 persen). Lima sektor lainnya mampu menguat, dipimpin properti yang naik tajam 1,83 persen.
Sebanyak 192 saham menguat, 167 saham melemah, dan 277 saham stagnan dari 636 saham yang diperdagangkan.
Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 2,38 persen dan 1,63 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG siang ini.
Di sisi lain, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dan PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI) yang masing-masing naik 2,01 persen dan 2,29 persen menjadi pendorong utama sekaligus menahan besarnya pelemahan IHSG siang ini.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah terpantau masih menguat 27 poin atau 0,19 persen ke level Rp14.243 per dolar AS pada pukul 11.14 WIB, menuju penguatan hari ketiga berturut-turut.
Indeks saham lainnya di Asia mayoritas tetap menguat pada perdagangan siang ini. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing naik 0,34 persen dan 0,67 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,96 persen pada pukul 12.05 WIB.
Di China, dua indeks saham utamanya Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing bahkan melonjak 2,58 persen dan 3,29 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan naik 0,25 persen.
Dilansir dari Bloomberg, bursa Asia menguat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menyuarakan nada dovish dalam pernyataan kebijakan terbarunya.
Seperti yang telah diantisipasi, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 2,25-2,5 persen dalam pertemuan kebijakan moneternya yang berakhir Rabu (19/6/2019) waktu setempat.
Namun, The Fed juga mengisyaratkan siap untuk menurunkan suku bunga, pertama kalinya sejak 2008, seiring dengan ketidakpastian yang telah meningkatkan kemungkinan pemangkasan suku bunga guna menjaga ekspansi ekonomi AS.
Sebanyak tujuh dari 17 pejabat The Fed kini berpikir akan tepat untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase sebelum akhir tahun ini, menurut proyeksi terbaru yang dipublikasikan Rabu.
Otoritas moneter AS ini menyebutkan adanya ketidakpastian dalam prospek yang telah meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga seiring dengan upaya para pembuat kebijakan untuk memperpanjang ekspansi ekonomi AS.
“Ini terdengar lebih dovish daripada yang diperkirakan banyak orang,” ujar Tiffany Wilding, ekonom AS di Pacific Investment Management Co., kepada Bloomberg TV.
“Ketika Anda melihat ketidakpastian yang meningkat dan potensi guncangan kebijakan perdagangan pada saat ekonomi sudah dalam keadaan rapuh, masuk akal bagi Federal Reserve dari perspektif manajemen risiko untuk benar-benar membimbing ke arah pemotongan suku bunga jika diperlukan,” terangnya.