Bisnis.com, JAKARTA -- Saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. laris diborong investor saat dilepas dalam masa penawaran umum 10 Juni 2019 hingga 12 Juni 2019.
Adapun dalam masa penawaran tersebut, PT Kresna Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas bertindak selaku penjamin pelaksana emisi efek.
Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengungkapkan bahwa masyarakat Bali sangat antusias untuk membeli saham klub berjuluk Serdadu Tridatu Jalak tersebut. “Dari kemarin [Selasa, 11/6/2019)] sudah oversubscribe,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (12/6/2019).
Dia mengatakan bahwa meskipun kebanyakan masyarakat, khususnya pendukung tim asal Pulau Dewata itu masih awam dalam mengenal pasar modal, hal itu tidak menyurutkan minatnya untuk memegang kepemilikan saham klub kesayangannya.
Adapun alokasi dalam penawaran umum tersebut ialah 1% merupakan masa penawaran (pooling) dan 99% lainnya merupakan penjatahan pasti. “Tidak ada standby buyer, semua dibeli investor seperti investor individu, asset management, asuransi,” pungkasnya.
Bali United melakukan penawaran umum sebanyak 2 miliar saham atau 33,33% dari modal yang disetorkan dan ditempatkan dengan harga Rp175 per saham pada 10 Juni 2019–12 Juni 2019 setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pernyataan efektif penawaran saham perdana pada 31 Mei 1019.
Chairman dan pemilik Bali United Pieter Tanuri mengatakan bahwa dana yang diserap atas aksi initial public offering (IPO) akan digunakan untuk pengembangan klub.
Dengan perincian 60,5% akan digunakan untuk modal kerja klub, 20,4% digunakan untuk memperkuat permodalan anak usaha, dan 19,1% akan digunakan sebagai capital expenditure perseroan.
“[Dana IPO untuk] working capital, penambahan infrastruktur, investasi ke pemain, dan kami punya 4 line bisnis, kami akan pakai semua,” ujarnya baru-baru ini di Jakarta.
Dia berharap setelah IPO, saham berkode BOLA itu dapat mendapatkan apresiasi yang baik di pasar modal. Pasalnya, dengan menjadikan olahraga, khususnya sepak bola menjadi sebuah industri, maka diharapkan akan banyak dana investasi yang dilibatkan dalam membangun kemajuan olahraga si kulit bundar. “Saya berharap naik yang bagus, seoptimis apa kita lihat keadaan nanti,” ungkapnya.
Berdasarkan data paparan publik Bali United, pemasukan terbesar untuk klub tersebut paling besar berasal dari pihak sponsor dengan persentase 54,9%.
Adapun pemasukan lainnya berasal dari anak usaha dengan kontribusi 29,7%, pertandingan 4,4%, akademi sepak bola 0,3%, pembagian pendapatan dari liga 10,2%, dan 0,5% berasal dari pengelolaan stadion.
Sepanjang 2018, Bali United mengantongi pendapatan senilai Rp115,203 miliar dengan mengantongi laba bersih Rp4,96 miliar. “Saya maunya nanti rata,” pungkasnya.