Bisnis.com, JAKARTA – Dengan terpisahnya momentum Idulfitri dengan Back to School, perusahaan ritel PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. yakin hal tersebut akan memengaruhi pendapatan perusahaan.
Sebagai ilustrasi pada 2019 antara libur Idulfitri dengan momen back to school menjadi terpisah selama dua minggu. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya momen libur panjang antara keduanya saling tumpang tindih.
Dengan kondisi terpapar, Corporate Secretary PT Ramayana Lestari Santosa Tbk, Setyadi Surya mengatakan pendapatan perusahaan sedikit atau banyak pasti akan ikut terpengaruh. Pasalnya, menurut dia momen yang ideal bagi pendapatan perseroan adalah back to school dulu baru setelahnya Idulfitri.
“Tahun depan [antara keduanya] akan semakin jauh. Tapi kondisi ideal sebenrnya adalah back to school dulu baru lebaran. Kalau lebaran itu emosi konsumen tidak terkendali dalam memenuhi konsumsi atau kebutuhan. Kadang-kadang kan tidak pakai kira-kira,” katanya kepada Bisnis lewat sambungan telepon pada Senin (10/6).
Menurutnya dengan konsumsi yang berlebihan saat Idulfitri dapat menurunkan konsumsi pada momen anak masuk sekolah. Pasalnya, masyarakat sudah ‘habis-habisan’ pada momen lebaran akibat tidak lagi tumpang tindih dengan liburan sekolah.
Harapan memang ada agar penjualan bisa naik dibandingkan hari normal tapi tidak bisa terlalu diharapkan, karena tidak tumpang tindih bisa menurunkan konsumsi soalnya sudah habisan, iya,” ungkapnya.
Baca Juga
Adapun perseroan menargetkan pada momentum Idulfitri berkontribusi 35% atas pendapatan perusahaan atau sekitar Rp1,2 triliun pada Mei dan Rp2 triliun pada Juni. Target tersebut naik 14% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu. Sementara pada momen back to school sekitar Rp567 milliar atau 6,5% atas kontribusi sepanjang tahun. Adapun, event Jakarta Fair yang diproyeksikan bisa berkontribusi Rp10 milliar.
Akan tetapi, Setyadi mengungkapkan pendapatan pada Mei sudah tercapai sedangkan untuk Juni dia mengatakan belum memegang angka pastinya jadi masih harus menunggu. “Mei sudah tercapai, tapi Juni sepertinya berat. Saya melihat belum tahu factor [penentunya, ada yang perlu] diselidiki. Daya beli sepertiya standar,” katanya.
Tahun ini perseroan juga akan menghabiskan belanja modal atau capex untuk merenovasi toko, mentransformasi mall dan bahkan menambah empat toko anyar di tiga kota. Adapun dana yang dihabiskan berkisar antara Rp300 milliar – Rp400 milliar.
Direktur Keuangan RALS Suryanto mengatakan kemungkinan toko-toko baru akan beroperasi pada semester kedua. Suryanto mengatakan dengan penambahan store baru kemungkinan target pertumbuhan pendapatan perseroan bisa bertambah dari semula 3,7% menjadi 5%.
Dengan catatan semua berjalan lancar. Sementara untuk penyerapan belanja modal, sejauh ini, katanya, belum menyentuh Rp100 milliar. Baik untuk pembangunan dan tranformasi toko yang eksisting.
Sementara itu pada data Bloomberg, saham RALS tengah menguat 6,17% pada hari ini pascalibur lebaran selama seminggu. Dengan harga terendah Rp1.620/saham dan harga tertinggi Rp1.765/saham.