Bisnis.com, JAKARTA – Harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT) mencatatkan kenaikan mingguan keempat pada perdagangan Jumat (7/6/2019).
Hal itu dipicu oleh minimnya curah hujan di Rusia, yang meningkatkan kekhawatiran atas penurunan hasil di eksportir biji-bijian utama dunia tersebut.
Para trader mengatakan, dukungan juga datang dari kekhawatiran kerugian produksi di Australia, Ukraina, dan Kanada karena cuaca kering. Sementara pasar menyaksikan bagaimana panen gandum musim dingin di dataran selatan AS dan Midwest menghadapi masalah cuaca basah baru-baru ini.
Sementara itu, harga jangung berjangka tergelincir setelah rebound mengejutkan pada Kamis (6/6/2019), karena penjualan ekspor yang buruk. Para trader mengatakan, harga kedelai berjangka juga jatuh pada Jumat (7/6), di bawah tekanan dari gandum dan jagung.
Jagung dan kedelai membukukan kerugian mingguan setelah reli selama tiga pekan, karena gangguan cuaca kering.
Para trader menunggu peringkat kondisi tanaman AS pertama untuk tanaman jagung 2019, yang diperkirakan dirilis oleh Departemen Pertanian AS, pada Senin (10/8/2019).
“Hal ini adalah awal dari perdebatan hasil yang hebat. Perdebatan akan mencari tahu seberapa besar kerugian produksi jagung, versus seberapa besar permintaan terhadap jagung. Khususnya di pasar ekspor,” kata Don Roose, Presiden Komoditas AS di West Des Moines, Iowa.
Kemerosotan harga jagung juga dipicu oleh berita pertemuan perdagangan AS-Meksiko. Pembicaraan bilateral tentang migrasi dimulai kembali pada Jumat (7/6), ketika para pejabat Meksiko melanjutkan dorongan mereka untuk mencapai kesepakatan yang akan mencegah tarif AS yang mulai berlaku pekan depan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga jagung di CBOT berakhir melemah 1,13% atau 4,75 poin ke level US$415,75 per gantang, Jumat (7/6/2019). Harga kedelai juga ditutup melemah 1,08% atau 5,50 poin ke level US$504,50 per gantang. Adapun harga kedelai ditutup melemah 1,14% atau 12,50 poin ke level US$856,25 per gantang.