Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan penyulingan minyak AS dapat terkena dampaknya jika minyak mentah termasuk dalam tarif 5 persen Presiden Donald Trump terhadap produk Meksiko, meskipun pengaruhnya dapat diminimalisir dengan meningkatnya ekspor bahan bakar.
Trump sebelumnya mengumumkan tarif baru terhadap impor Meksiko pada Kamis (30/5), melalui akun twitternya tanpa memberikan rincian.
Meksiko menyumbang sekitar 10 persen dari impor minyak AS, dengan kilang canggih di sepanjang Gulf Coast yang dirancang untuk mengolah minyak mentah Maya yang berlumpur di Meksiko menjadi bensin dan bahan bakar diesel.
Biasanya, kilang yang terletak di zona perdagangan luar negeri, termasuk sejumlah fasilitas di Pantai Teluk, dibebaskan dari bea atas minyak mentah yang digunakan untuk membuat bahan bakar dan produk jadi lainnya yang akan diekspor, serta beberapa bahan baku mentah yang dijual di dalam negeri.
Akibatnya, dampaknya sangat tergantung pada seberapa banyak output pabrik ditujukan untuk pasar luar negeri.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, tarif 5 persen akan menambah sekitar US$3 per barel untuk biaya produksi minyak Maya, yang bernilai sekitar US$58 pada Jumat (31/5).
Data Oil Analytics menunjukkan bahwa margin keuntungan dalam penggunaan minyak Maya untuk membuat bahan bakar adalah sebesar US$6,86 per barel, sehingga kenaikan biaya produk minyak mentah dapat memangkas hampir setengah dari margin.
West Texas Intermediate, patokan harga minyak AS, turun 4 persen pada pukul 13:28 waktu setempat, di New York Mercantile Exchange.
Tweet Trump turut mengguncang ekuitas AS, dengan Dow Jones Industrial Average merosot lebih dalam ke rentetan kerugian mingguan terpanjang sejak 2011.
Pabrik Deer Park milik Royal Dutch Shell Plc di Texas, yang merupakan perusahaan patungan dengan perusahaan minyak negara bagian Meksiko Petroleos Mexicanos, adalah importir terbesar minyak mentah Meksiko, yang menghasilkan 148.000 barel per hari di Februari.
Menurut data dari Energy Information Administration sebagian besar bahan bakarnya diekspor kembali ke Meksiko.
Analis di Wood MacKenzie, Ixchel Castro di Mexico City, mengatakan bahwa saat ini penurunan harga komoditas gas menjadi celah bagi para penyuling.
“Tetapi kenaikan harga minyak Maya akan mempengaruhi margin mereka yang sudah memiliki kontrak minyak dan produsen lain akan mencoba mengambil keuntungan untuk menempatkan minyak mentah berat mereka pada harga yang lebih kompetitif,” kata Castro, seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (1/6/2019).
Dia menambahkan ada beberapa ruang manuver bagi Pemex untuk mengirim minyak ke Asia, tetapi komitmen kontrak Meksiko membatasi fleksibilitas tersebut.
Analis Cowen Inc. yang dipimpin oleh Jason Gabelman menulis dalam sebuah catatan kepada klien, bahwa tarif yang diusulkan Trump bertepatan pada saat pasar internasional untuk minyak mentah berat sedang mengetat di tengah sanksi terhadap Venezuela dan Iran.
“Sehingga menyulitkan investor untuk memperkirakan nilai pelebaran perbedaan kualitas minyak mentah,” tulis Gabelman.
Beberapa analis memperkirakan dampak dari tarif terhadap para penyuling akan mulai terlihat pada pendapatan kuartal ketiga.
Menurut mereka, PBF Energy Inc. dan Valero paling terkena dampak ini, sedangkan paparan Phillips 66 dan Marathon Petroleum Corp kurang menonjol karena sifatnya yang lebih beragam.
Saham Valero turun sebanyak 4,7 persen di New York dan PBF turun sebanyak 6,1 persen.
Presiden dan CEO Produsen Bahan Bakar dan Petrokimia Amerika Chet Thompson, menegaskan bahwa penerapan tarif pada produk- Meksiko, khususnya minyak mentah, dapat menaikkan harga energi untuk konsumen AS, merugikan industri penyulingan AS dan membahayakan kesepakatan USMCA (United States–Mexico–Canada Agreement).
“Karena itu kami mendesak Presiden untuk tidak mengejar tarif energi terhadap salah satu mitra dagang kami yang paling penting,” tukas Thompson.