Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari pelemahannya dan menguat bersama dengan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (23/5/2019), sehari setelah aksi unjuk rasa massa menolak hasil penghitungan suara Pilpres 2019.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menanjak 1,57 persen atau 93,06 poin di level 6.032,70 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (22/5), IHSG berakhir di posisi 5.939,64 dengan turun 0,20 persen atau 11,74 poin.
Indeks mulai rebound ke zona hijau dengan dibuka naik tipis 0,07 persen atau 4,40 poin di level 5.944,03 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 5.942,17 – 6.044,57.
Seluruh sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin infrastruktur (+2,81 persen), finansial (+2,08 persen), dan industri dasar (+1,80 persen).
Dari 633 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 294 saham menguat, 135 saham melemah, dan 204 saham stagnan.
Seperti diketahui, massa yang menolak hasil penghitungan suara Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menggelar unjuk rasa dan memadati pusat ibu kota pada Rabu (22/5).
Berdasarkan hasil Pemilu 2019 yang ditetapkan KPU RI pada Selasa (21/5/2019), Jokowi-Ma'ruf dinyatakan menang setelah meraih 85.607.362 suara atau 55,50 persen, unggul 16.957.123 atau 11 persen dari Prabowo-Sandi yang mendapatkan 68.650.239 suara atau 45,50 persen.
Demonstrasi menyikapi hasil itu sendiri telah dimulai pascapengumuman oleh KPU. Bentrok massa, yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi, dengan pihak kepolisian pun membebani sentimen investor sekaligus menyeret kinerja IHSG dan rupiah turun pada Rabu (22/5).
Kendati demikian, nilai tukar rupiah berhasil rebound dan ditutup menguat 45 poin atau 0,31 persen di level Rp14.480 per dolar AS pada Kamis (23/5), mengakhiri pelemahan tiga hari beruntun sebelumnya.
Menurut Aberdeen Standard Investments, investor cenderung fokus pada prospek pertumbuhan Indonesia ketimbang pergolakan politik yang terjadi.
“Investor memberi bobot lebih besar pada kepastian hasil pemilu ketimbang bentrokan hari ini [Rabu, 22/5] karena margin kemenangan untuk Jokowi terlalu lebar untuk ditantang oleh Prabowo,” ujar Bharat Joshi, seorang fund manager di Aberdeen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati atas ekspektasi untuk pertumbuhan ekonomi di tengah eskalasi ketegangan perdagangan Amerika Serikat-China dan pecahnya kekerasan politik di dalam negeri.
“Pemerintah dan para pembuat kebijakan, termasuk bank sentral, siap untuk menjaga stabilitas sistem keuangan tanpa kompromi,” tegas Sri Mulyani kepada awak media di Jakarta pada Kamis (23/5), seperti dilansir Bloomberg.
Pemerintah, lanjut Menkeu, fokus pada upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan sejumlah risiko termasuk kebijakan AS serta situasi dalam negeri menyusul pengumuman hasil resmi Pilpres 2019.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing naik 2,66 persen dan 3,77 persen menjadi pendorong utama bangkitnya IHSG hari ini.
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 rebound dan berakhir naik tajam 2,32 persen atau 11,692 poin di level 525,04, setelah ditutup turun 0,33 persen atau 1,67 poin di posisi 513,12 pada Rabu (22/5).
Meski demikian, investor asing kembali membukukan aksi jual bersih setelah sempat mencatat net buy pada Rabu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp546,19 miliar pada perdagangan Kamis.
Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham lainnya di Asia rata-rata berakhir melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing ditutup turun 0,36 persen dan 0,62 persen.
Di China, dua indeks saham acuannya Shanghai Composite dan CSI 300, bahkan berakhir melorot 1,36 persen dan 1,79 persen masing-masing. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,58 persen.
Secara keseluruhan, bursa Asia melemah bersama bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) di tengah eskalasi ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Pada umumnya, aset-aset berisiko tetap berada di bawah tekanan dan tidak mengalami permintaan ketika investor mencermati konfrontasi perdagangan yang berlarut-larut antara China dan AS.
Seorang pakar memperkirakan ketegangan dua ekonomi terbesar di dunia tersebut dapat berlangsung hingga 2035, sementara para ekonom juga berubah menjadi lebih pesimistis.
Goldman Sachs Group Inc. kini melihat peluang kebuntuan yang lebih tinggi antara kedua negara, sedangkan Nomura Holdings Inc. telah beralih pada proyeksi peningkatan tarif besar-besaran.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
BBCA | +2,66 |
BMRI | +3,77 |
TLKM | +3,39 |
BBRI | +2,12 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
DUTI | -17,86 |
RMBA | -10,00 |
POOL | -18,71 |
TOPS | -5,04 |
Sumber: Bloomberg