Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa mendarat di zona hijau setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan secara resmi hasil Pemilu 2019.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno mengatakan dalam 2 hari ini, IHSG sudah mulai rebound setelah berada di zona merah cukup dalam. IHSG, lanjutnya memang masih melemah dari pekan sebelumnya. Namun, jika dilihat dari Januari sampai dengan hari ini masih positif Rp10,5 triliun.
Dia juga mengatakan belakangan ini investor asing memang keluar, tetapi beberapa hari terakhir ini investor asing sudah mulai masuk kembali.
"Jadi kembali lagi, menurut saya yang kemarin-kemarin itu agak overshoot. Sekarang sudah mulai bagus untuk [investor]collect lagi. Kita bisa lihat hari ini hijau, kita harapkan pengumuman itu tidak ada apa-apa," ujarnya di BEI Selasa (21/5/2019).
Dia juga mengatakan dalam waktu belakang ini investor asing memang keluar. Tapi, kata dia, beberapa hari terakhir ini investor asing sudah mulai masuk kembali.
Pada Selasa (21/5/2019) IHSG dibuka pada level 5.925 dengan rata-rata transaksi tertinggi ke level 5.996. Dibandingkan dengan pekan lalu (15/5/2019), IHSG dibuka pada level 6.071 dan ditutup pada 5.970. Hari berikutnya, IHSG terus melemah, hingga pada pembukaan 20 Mei 2019, IHSG menyentuh angka 5.770. Namun, pada penutupan tanggal yang sama, IHSG mulai menguat dan ditutup pada 5.870.
Baca Juga
Direktur Riset dan Investasi Maximilianus Nico Demus mengatakan tensi politik akan semakin kuat khususnya hari ini dan esok hari hingga tanggal penetapan pemenangan oleh KPU. Pasalnya, dari kedua saksi, ada salah satu saksi yang menolak untuk menandatangani hasil tersebut. Hal ini akan berakibat terhadap turunnya harga obligasi dan saham hari ini.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG masih berpotensi bergerak melemah dan di-trading-kan pada level 5.852-5.962,” jelasnya.
Selain pilpres, lanjutnya, pasar domestik juga akan berfokus pada rilis data industri otomotif. Penjualan kendaraan bermotor yang dinilai melambat pada kuartal I/2019 ini menjadikan saham berbasis otomotif mendapatkan tekanan jual yang cukup masif sejak awal Februari 2019.
Meskipun dilanda tekanan dari eksternal maupun internal, para pelaku industri otomotif cukup optimis pada penjualan kuartal II/2019 ini. Minimnya fluktuasi suku bunga kredit dinilai dapat memberikan kepastian bagi pelaku industri maupun konsumen. Namun, tekanan rupiah pada kuartal 2 2019 ini dapat menjadikan beban operasional perusahaan yang bergerak di sektor ini mengalami tekanan.