Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah kembali tersungkur di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (14/5/2019) seiring dengan eskalasi perang dagang AS dan China. Namun, analis menilai sesungguhnya rupiah memiliki momentum untuk berbalik menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup terdepresiasi tipis 0,076% atau 11 poin menjadi Rp14.434 per dolar AS.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan bahwa rupiah memiliki ruang penguatan karena telah diperdagangkan terlalu murah, sedangkan secara fundamental, pondasi rupiah masih terlihat cukup terkendali.
"Jika dilihat dari teknikalnya saja rupiah sudah overboard dan terlihat ada potensi rebound akibat kecenderungan aksi ambil untung oleh pelaku pasar," ujar Deddy kepada Bisnis.com, Selasa (14/5/2019).
Adapun, Deddy menilai pelemahan rupiah juga disebabkan adanya kekhawatiran pasar terhadap proyeksi defisit neraca perdagangan Indonesia periode April sebesar US$500 juta yang akan berdampak pada transaksi berjalan Indonesia.
Dia mengatakan, jika neraca perdagangan berhasil dirilis positif dan lebih baik daripada perkiraan pasar, bukan sebuah kemustahilan rupiah akan berbalik menguat meski di tengah kembali panasnya perang dagang AS dan China.
Baca Juga
Apalagi, lanjut dia, saat ini harga minyak juga tengah tertekan sehingga akan menajadi momentum yang positif bagi rupiah untuk menguat. Deddy memprediksi rupiah akan diperdagangkan pada Rabu (15/5/2019) pada sekitar level Rp14.100 per dolar AS hingga Rp14.460 per dolar AS.
Sementara itu, Kementerian Keuangan China mengumumkan bakal menaikkan tarif impor 20% dan 25% dari yang sebelumnya berada pada level 5% dan 10% untuk barang AS senilai US$60 miliar yang mulai diberlakukan pada 1 Juni 2019. Kebijakan tersebut untuk membalas AS yang telah lebih dulu menaikkan tarif impor 25% untuk barang-barang China senilai US$200 miliar.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa perlawanan China dengan menaikkan tarif sudah cukup baik, tetapi belum sepadan dengan bea impor yang diterapkan AS. "Tetapi tetap sentimen tersebut akan membuat rupiah masih akan bergerak fluktuatif dan mengarah kepada pelemahan," ujar Ibrahim kepada Bisnis.
Namun, di sisi lain, ada perkembangan positif terkait perang dagang AS-China yang membuat dolar AS selaku safe haven menjadi kurang menarik. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya belum membuat keputusan pengenaan tarif impor untuk produk China senilai US$325 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.
Ibrahim menilai melunaknya sikap Trump tersebut membuat pelaku pasar optimistis bahwa perang dagang tidak akan tereskalasi lagi. Dia memprediksi rupiah akan diperdagangkan pada Rabu (15/5/2019) di sekitar level Rp14.420 per dolar AS hingga Rp14.460 per dolar AS.