Bisnis.com, JAKARTA—Emiten jasa televisi berbayar dan jaringan broadband PT Link Net Tbk. akan menggelontorkan belanja modal hingga Rp1,5 triilun. Adapun, sebagian besar dari capex tersebut akan dialirkan untuk keperluan ekspansi pada tahun ini.
Marlo Budiman, Presiden Direktur dan CEO Link Net, bahwa sumber pendanaan dari belanja modal tersebut akan diambil dari laba operasional dan pembiayaan perbankan.
Adapun, dengan capex tersebut, emiten berkode saham LINK menargetkan pertumbuhan pendapatan pada tahun ini bisa naik ke kisaran 9%—10% dan pertumbuhan laba diharapkan naik 30% dari posisi akhir tahun 2018.
“Capex untuk 2019 adalah sekitar Rp1,5 triliun. Sebagian besar untuk ekspansi ke kota-kota baru dan juga di kota-kota eksisting,” katanya dalam paparan publik Link Net di Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Lebih lanjut, perseroan pun berniat untuk melakukan ekspansi ke kota-kota baru. Marlo menyampaikan, pada tahun ini perseroan berencana menambah 250.000 homepasses yang setengahnya ada di kota-kota yang sudah ada dan setengah lainnya di kota-kota baru.
“Kota-kota baru ini mainly di kota-kota di Jawa karena tahun lalu kami sudah investasi Jawa Backbone yang menghubungkan 43 kota di seluruh Pulau Jawa,” imbuh Marlo.
Baca Juga
Kata Marlo, Jawa Backbone tersebut akan membuat pendanaan perseroan menjadi lebih efisien untuk menjangkau kota-kota baru. Adapun pada tahun ini, perseroan berencana akan menambah jaringannya di 5 kota baru, yaitu di Solo, Semarang, Cilegon, Serang, dan Bali.
Marlo mengakui, mesin pendorong utama pertumbuhan LINK masih berasal dari pelanggan residensial. Sejauh ini, LINK sudah ada di 7 kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, Malang, Batam, dan Bali.
Selain keperluan ekspansi, belanja modal juga akan digelontorkan untuk melakukan pembaruan (upgrade) untuk menunjang jaringan seperti penambahan hub, split hub, intercity backbone rings dan intercity rings
“Tentunya yang tidak lupa juga maintenance capex untuk perbaikan kualitas jaringan,” tutur Marlo.
Mengutip Laporan Keuangan per 31 Desember 2019, LINK mencetak kenaikan pendapatan pendapatan sebesar 9,6% dari Rp3,399 triliun menjadi Rp3,728 triliun secara year on year.
Namun dari sisi laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mengalami penyusutan Rp200 miliar atau sebesar 20% menjadi Rp803 miliar (y-o-y).
Laba bersih tahun berjalan juga menyusut dari Rp2 triliun menjadi Rp788 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba yang menyusut sejalan dengan beban pokok pendapatan yang mengalami kenaikan sekitar Rp68 miliar menjadi Rp774 miliar.
Pendapatan utama perusahaan masih berasal dari layanan broadband internet dan jaringan sebesar Rp2 triliun atau tumbuh 5,2% dibandingkan pada 2017. Disusul biaya berlangganan tv kabel senilai Rp1,3 triliun.