Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat Tipis Dibayangi Perlambatan Ekonomi

Harga minyak global menguat tipis pada perdagangan Jumat (12/4/2019), disokong oleh pemangkasan OPEC dan sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global menguat tipis pada perdagangan Jumat (12/4/2019), disokong oleh pemangkasan OPEC dan sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela.

Meskipun demikian, ada kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global akan segera mengurangi konsumsi bahan bakar.

Mengacu pada data Bloomberg, hingga pukul 15.19 WIB harga minyak jenis West Texas Intermediate menguat 0,79% atau 0,50 poin pada level US$64,08 per barel, sementara harga minyak Brent menguat 0,62% atau 0,44 poin di level US$71,27 per barel.

"Kami melihat harga Brent dan WTI rata-rata [berada pada level] US$75 per barel dan US$67 per barel, sampai akhir tahun ini,” kata RBC Capital Markets dalam sebuah catatan seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/4/2019).

Bank asal Kanada itu menilai persoalan geopolitik yang terjadi belakangan ini dapat mendorong harga minyak melampaui level US$80 per barel, pada musim panas ini.

Sejauh ini pasar minyak telah didorong oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela, dan konflik yang meningkat di Libya.

Sementara itu, produksi minyak di Venezuela telah jatuh ketika sanksi AS menambah krisis ekonomi dan politik yang dalam. Di sisi lain, pemerintah AS diperkirakan akan memperketat sanksi minyak terhadap Iran pada Mei mendatang.

“Pemadaman listrik menambah rintangan lebih lanjut untuk produksi minyak Venezuela, yang turun 290.000 barel per hari di Maret menjadi 732.000 barel per hari. Produksi Iran stabil pada 2,7 juta barel per hari, [tetapi] bisa terpukul jika AS memotong keringanan impor pada Mei, ”kata bank Jefferies.

OPEC dan sekutu-sekutunya akan bertemu pada Juni untuk memutuskan apakah akan melanjutkan atau menahan pasokan. Sementara pemimpin OPEC de-facto, Arab Saudi, terlihat tertarik untuk terus memotong produksi.

Di sisi permintaan, sebagian besar pertumbuhan konsumsi bahan bakar dunia berasal dari Asia. “China dan India mencakup hampir 55 % dari pertumbuhan permintaan global,” kata RBC Capital Markets.

Namun, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat ke level terendah dalam 30 tahun dekat dari 6,2 %, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan pada Jumat (12/4/2019). Hal itu  karena permintaan yang lamban di dalam dan luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper