Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Senin (1/4/2019) setelah rilis data manufaktur China yang menunjukkan adanya hasil dari upaya stimulus pemerintah.
Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang menguat masing-masing 1,43% dan 1,52%, meskipun masih di bawah level tertinggi harian setelah rilis data ekonomi yang menunjukkan kondisi memburuk.
Sementara itu, indeks Shanghai Composite melonjak 2,58% ke level 3.170,36 dan Hang Seng Hong Kong menguat 1,74% ke level 29.556,77.
Dilansir Bloomberg, biro statistik dan industri China menyatakan pada Minggu (31/3), indeks manajer pembelian (PMI) sektor manufaktur untuk bulan Maret naik menjadi 50,5 dari 49,2 pada bulan Februari. Angka di atas 50 menunjukkan aktivitas meningkat.
Sementara itu, sub-indeks untuk ekspor, ketenagakerjaan dan pesanan baru semuanya membaik, dan indeks yang menunjukkan ekspektasi perusahaan untuk bisnis baru di masa mendatang naik 0,6 poin menjadi 56,8.
Namun, di Jepang, bank sentral melaporkan bahwa survei terhadap produsen utama Jepang menunjukkan sentimen bisnis memburuk pada bulan Maret dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Baca Juga
Indeks Tankan bank sentral menunjukkan kepercayaan perusahaan-perusahaan besar seperti produsen mobil turun menjadi 12 dari 19 dalam survei pada Desember.
Itu adalah awal yang tidak menguntungkan di awal era “Reiwa” di saat Putra mahkota Naruhito segera menjadi kaisar. Naruhito akan naik menggantikan ayahnya, Kaisar Akihito, yang akan turun tahta pada tanggal 30 April.
Menambah kesuraman ekonomi di Jepang, angka PMI Jepang menunjukkan output dalam manufaktur jatuh pada tingkat tercepat dalam hampir tiga tahun pada bulan Maret karena lemahnya permintaan di dalam dan luar negeri.
"Latar belakang ekonomi untuk sektor manufaktur di Jepang tetap sangat menantang," ungkap Joe Hayes, ekonom di HIS Markit, seperti dikutip Bloomberg.
"Produsen barang-barang Asia menghadapi tantangan dari perlambatan pertumbuhan di Eropa dan China, sementara risiko perdagangan global belum berkurang dengan terobosan dalam hubungan AS-China," lanjutnya.