Bisnis.com, JAKARTA — Masuknya Surat Utang Negara seri acuan 20 tahun FR0079 ke dalam JP Morgan GBI EM Broad Index berpotensi menjadi sentimen positif tambahan yang memperkuat kinerja pasar SUN domestik, di samping bertahannya suku bunga The Fed dan Bank Indonesia.
Bank Maybank Indonesia menilai penguatan pasar Surat Utang Negara (SUN) sudah tidak dapat lagi terbendung sebab ditopang oleh makin banyak sentimen positif.
Faktor penguatan SUN pada awal tahun ini, antara lain risiko pasokan yang rendah karena kebijakan front loading pemerintah. Kondisi makro ekonomi pun mendukung pasar SUN untuk menguat.
Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia Anup Kumar mengatakan apabila menimbang adanya perubahan nada pandangan The Fed dalam rapat Maret 2019, tampaknya pasar tidak dapat lagi menahan reli yang terjadi di pasar SUN dalam negeri.
Sentimen positif bertambah dari perubahan tone The Fed pada Kamis (21/3), dengan diturunkannya pandangan mereka terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS pada 2019. Hal ini berbanding terbalik dengan pandangan mereka pada Desember 2018.
Proyeksi pertumbuhan turun dari 2,3% menjadi 2,1%, sedangkan inflasi bertahan di bawah target 2%.
Sentimen positif bagi pasar SUN juga bertambah dengan masuknya SUN seri FR0079 dalam JP Morgan GBI EM Broad Index. Anup menilai faktor tambahan ini masih searah dengan pandangan mildly bullish Bank Maybank terhadap pasar SUN tahun ini.
Pekan depan, pemerintah akan kembali menggelar lelang SUN. Pemerintah berkesempatan untuk melakukan gapping pada seri FR0079 dengan cara menurunkan nilai yang dimenangkan untuk seri itu pada lelang.
“Sehingga, para investor yang menggunakan JP Morgan GBI EM Broad Index ini sebagai benchmark mereka, mau tidak mau harus membeli pada pasar sekunder, sehingga harga seri FR0079 dapat terus mengalami penguatan,” papar Anup, Kamis (21/3).
Pasar SUN terus menguat beberapa hari terakhir. Pada Kamis (21/3), yield SUN tenor 10 tahun bergerak turun lagi ke level 7,557%, yang merupakan penurunan yang terjadi dalam 9 hari perdagangan berturut-turut.
Dia memperkirakan penguatan SUN akan ditopang pula oleh potensi turunnya BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI-7DRRR) oleh Bank Indonesia (BI), kendati Bank Maybank masih mempertahankan proyeksi kenaikan BI-7DRRR sebanyak dua kali pada 2019.
Apabila The Fed terus dovish dan bahkan tidak menaikkan suku bunganya tahun ini, Anup menilai besar peluang BI yang justru akan menurunkan suku bunga acuan.
Beberapa faktor lain yang mendukung potensi penurunan tersebut yakni, pertama, inflasi tahunan pada Februari 2019 yang sebesar 2,57% secara year-on-year (yoy). Ini merupakan inflasi terendah dalam 1 dekade terakhir. Adanya masa panen raya berpotensi menyebabkan inflasi tetap rendah beberapa bulan ke depan.
Kedua, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menunjukkan sikap kurang setuju terhadap suku bunga yang tinggi. Ketiga, volatilitas nilai tukar rupiah terhada dolar AS sudah turun dan terlihat stabil.
Keempat, investor asing terus mencatatkan pembelian di pasar SUN sejak awal tahun. Posisi kepemilikan asing pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) selama ini terus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Kelima, ekonomi di negara maju juga mulai melambat, sehingga kurang mendukung bagi kebijakan pengetatan suku bunga.
Ketujuh, likuiditas rupiah saat ini terlihat cukup melimpah di pasar. Likuiditas rupiah yang tinggi ini tercermin dari penurunan kurva Non Deliverable Forwards (NDF) USD-IDR, kurva Cross Currency Swap (CCS) USD-IDR, dan kurva JIBOR pada Februari 2019 dibandingkan Januari 2019.