Bisnis.com, JAKARTA — PT AKR Corporindo Tbk. menyebut terjadi perbaikan kondisi pasar sepanjang 2018 yang berimbas kepada perbaikan volume perseroan.
Haryanto Adikoesoemo, President Director AKR Corporindo menjelaskan bahwa juga terjadi kenaikan rerata harga jual baik untuk bahan bakar minyak (BBM) dan kimia dasar pada 2018. Sebagai gambaran, perseroan menyebut rerata harga jual minyak mentah Brent naik dari US$54,1/bbl pada 2017 menjadi US$72,3/bbl pada 2018.
Dia memaparkan bahwa pendapatan dari bisnis perdagangan dan distribusi BBM tumbuh 43% secara tahunan pada 2018. Pencapaian itu didorong oleh volume dan rerata harga jual yang lebih tinggi.
Untuk pendapatan dari bisnis perdagangan dan distribusi kimia dasar, sambungnya, tercatat terjadi pertumbuhan 16% secara tahunan pada 2018. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp4,54 triliun pada 2017 menjadi Rp5,28 triliun tahun lalu.
“Kami melihat membaiknya kondisi pasar selama 2018 yang berdampak pada pemulihan volume kami,” kata Haryanto melalui siaran pers, Senin (18/3/2019).
Pada 2018, Haryanto melaporkan emiten berkode saham AKRA itu telah mengkonsolidasikan kembali porfotolionya. Hal itu melalui divestasi aset non-inti di luar Indonesia sehingga diklaim memperkuat struktur permodalan.
“Ini memungkinkan kami untuk bergerak maju dengan investasi di bidang pertumbuhan potensial dengan strategi yang tepat,” jelasnya.
Di sisi lain, perseroan juga memasuki bisnis ritel dengan membangun kemitraan bersama BP. Pada 2018, usaha patungan ataujoint venture tersebut telah meluncurkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum BP-AKR. “Kami meyakini kemitraan yang kuat dan aman ini akan menjadi diferensiasi penawaran bagi konsumen di Indonesia,” tuturnya.
Dia juga berharap permintaan lahan industri akan meningkat pada masa mendatang. Pada 2018, bisnis tanah kawasan industri dan lainnya tercatat berkontribusi senilai Rp17,73 miliar.
Seperti diketahui, AKRA mencetak pertumbuhan laba bersih dua digit secara tahunan pada 2018. Pencapaian perseroan naik 36,88% dari Rp1,20 triliun pada 2017 menjadi Rp1,64 triliun pada 2018.