Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Surplus, IHSG Menguat di Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG berbalik menguat 0,6% atau 38,60 poin ke level 6.451,86, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,11% atau 6,92 poin ke level 6.420,18.
Karyawati bearktivitas di samping papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (27/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawati bearktivitas di samping papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (27/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA –Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (15/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG berbalik menguat 0,6% atau 38,60 poin ke level 6.451,86, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,11% atau 6,92 poin ke level 6.420,18.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.419,64 – 6.457,95. Adapun pada perdagangan Kamis (14/3), IHSG ditutup menguat 0,56% atau 35,69 poin di level 6.413.27.

Sebanyak 201 saham menguat, 135 saham melemah, dan 292 saham stagnan dari 628 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing menguat 1,29% dan 0,79% menjadi penopang utama penguatan IHSG siang ini.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona hijau, dipimpin sektor industri dasar yang menguat 1,23% dan disusul oleh sektor finansial yang menguat 0,80%.

Di sisi lain, hanya sektor pertanian dan aneka industri melemah masing-masing 0,05% dan 0,01% dan menahan laju penguatan IHSG lebih lanjut.

IHSG menguat sejalan dengan rilis data neraca perdagangan yang mengalami surplus tipis pada bulan Februari 2019.

Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$33 juta pada Februari 2019. Angka ini merupakan surplus pertama kali sejak defisit berturut-turut dalam empat bulan terakhir.

Surplus disebabkan oleh posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$12,53 miliar, lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor yang sebesar US$12,2 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan surplus terjadi disebabkan impor yang turun tajam di tengah kondisi ekspor yang turun.

"Setidaknya ini surplus berita yang baik karena ini akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kuartal I/2019," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/3/2019).

Surplus ditopang oleh ekspor non migas yang mengalami surplus US$790 juta. Sementara itu, ekspor migas masih mengalami defisit senilai US$460 juta.

indeks saham lainnya di kawasan Asia cenderung bergerak mayoritas menguat, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang menguat masing-masing 1,14% dan 1,04%.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite menguat 1,54% dan indeks CSI 300 menguat 1,85%, sedangkan indeks Hang Seng menguat 0,95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper