Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah analis menilai proses penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes oleh perseroan pelat merah awal 2019 didorong oleh proses yang lebih sederhana serta kondisi pasar modal yang terbilang kondusif.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia menilai alasan sejumlah BUMN menerbitkan MTN awal tahun ini karena proses yang lebih sederhana. Emisi instrumen itu menurutnya tidak memerlukan pencatatan dan IPO.
“Konsekuensinya cost of fund lebih tinggi,” jelasnya.
Dia menyebut kebutuhan pembiayaan memang lebih tinggi pada awal tahun ini. Akhirnya, BUMN menerbitkan MTN selain obligasi biasa.
“Rata-rata [penerbitan MTN dilakukan oleh] BUMN infrastruktur yang butuh dana besar dan cepat untuk pembiayaan mereka,” imbuhnya.
Di sisi lain, Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut terjadi pertumbuhan emisi MTN BUMN. Menurutnya, kondisi itu lantaran pasar modal dalam negeri yang tengah terpapar radiasi sentimen positif.
Salah satu sentimen positif bagi pasar modal Indonesia yakni kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga The Fed tahun ini yang diperkirakan hanya satu kali atau tidak sama sekali. Langkah bank sentral Amerika Serikat yang mulai dovishmemberikan angin segar kepada tingkat suku bunga Bank Indonesia.
“Tentu hal ini akan menjadi kabar yang positif kembali untuk mendorong penurunan imbal hasil obligasi dalam negeri,” tuturnya.
Selanjutnya, Nico menyebut positifnya perdamaian dagang antara Amerika Serikat dan China akan membuat pasar kian positif menyambut inflow yang mengalir. Kondisi itu akan mendorong imbal hasil obligasi untuk mengalami penurunan yang didukung oleh kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).
“Awal tahun ini merupakan momen yang tepat bagi emiten untuk melakukan pencarian dana,” ujarnya