Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Menguat ke Kisaran Level Tertinggi Tiga Bulan

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret menguat 0,47 poin ke level US$56,06 per barel sebelum perdagangan pukul 13.00 di New York Mercantile Exchange.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah menguat ke level tertinggi dalam hampir tiga bulan terakhir karena Amerika Serikat dan China bersiap untuk melanjutkan negosiasi pekan ini setelah Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk menunda kembali batas waktu kenaikan tarif.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret menguat 0,47 poin ke level US$56,06 per barel sebelum perdagangan pukul 13:00 di New York Mercantile Exchange.

Transaksi akan diselesaikan Selasa karena liburan Hari Presiden AS. Harga pekan lalu membukukan kenaikan terbesar dalam lebih dari sebulan terakhir.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak April menguat 0,22 poin ke level US$66,47 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah naik 6,7%.

Seperti dilansir Bloomberg, AS dan China mengirim sinyal setelah pembicaraan pekan lalu di Beijing bahwa kedua belah pihak mungkin mendekati kesepakatan, meningkatkan harapan bahwa perang perdagangan kedua negara akan mereda.

Harga minyak juga menguat menyusul langkah Arab Saudi yang berjanji untuk memotong produksi minyak mentah di luar tingkat yang disepakati dengan produsen OPEC+.

"Pemotongan pasokan OPEC+ menjadi penggerak pemulihan lebih lanjut harga minyak dengan Arab Saudi memimpin," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS Group AG di Zurich.

Menurut Staunovo, pengetatan pasar juga mendapatkan dukungan dari penurunan tajam dalam produksi oleh produsen Libya, Iran, dan Venezuela, yang telah dikecualikan dari pemotongan OPEC,.

Arab Saudi dan anggota lain dari OPEC telah melakukan awal yang kuat untuk pengurangan produksi mereka sementara Rusia mempercepat pembatasannya, mendorong minyak mentah menguat 23% tahun ini.

Pasokan juga terancam karena sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran. Laporan bahwa AS dan China telah mencapai konsensus pada prinsipnya tentang topik utama dalam negosiasi perdagangan mereka membantu meningkatkan selera risiko investor.

"Arab Saudi tampaknya bersedia melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai harga minyak US$80 per barel, dan menilai dari pergerakan, tren harga mengarah ke sana," kata Eugen Weinberg, kepala penelitian komoditas di Commerzbank AG di Frankfurt.

"Bahkan faktor-faktor yang agak bearish, seperti kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan dalam produksi minyak AS, tampaknya tidak mengganggu pemulihan harga," lanjutnya.

Ekspor minyak AS yang meningkat menghadirkan tantangan kuat bagi produsen OPEC+ di Asia. Pabrik penyulingan terbesar di India menandatangani kontrak tahunan pertamanya untuk membeli 2 juta ton minyak mentah AS untuk tahun yang dimulai April, menurut pernyataan dari Indian Oil Corp pada Senin.

Melemahnya kinerja West Texas Intermediate terhadap patokan global lainnya, Brent dan Dubai, membuat pengiriman minyak mentah AS menjadi lebih kompetitif.

Sementara itu, sinyal peramaian dari dua negara ekonomi terbesar dunia menenangkan kekhawatiran bahwa AS akan menaikkan tarif barang-barang impor asal China sebelum batas waktu 1 Maret. "Kemajuan besar sedang dibuat di berbagai bidang!", Kata Trump di akun Twitter-nya, Minggu (17/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper