Bisnis.com, JAKARTA—Janji Presiden Joko Widodo untuk menaikkan harga pokok pembelian untuk gula pada tahun ini berpotensi menjadi pemanis bagi emiten gula di Tanah Air.
Penaikkan tersebut pun akan menjadi pemanis tambahan bagi PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA).
“Kalau benar [HPP gula] naik, berarti harga jual juga akan naik, ini akan memberikan tambahan margin,” ungkap Wakil Direktur Utama Tunas Baru Lampung Sudarmo Tasmin saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (7/2/2019).
Hingga September 2018, TBLA memiliki gross profit margin (GPM) dan net profit margin (NPM) TBLA masing-masing sebesar 26,62% dan 8,5%. Bila mengintip rasio keuangan sejak 2014, diperoleh peningkatan GPM perseroan sejak 2014. Adapun GPM pada 2014, 2015, 2016 dan 2017 masing-masing 20,4%, 22%, 25%, 25,2%.
Terkait ekspansi 2018, perseroan melakukan penanaman kebun tebu hingga 12.000 ha. Pada 2018, TBLA memiliki kapasitas penyulingan gula rafinasi sebesar 900 ton per hari. Kapasitas itu telah naik dari sebelumnya 600 ton per hari.
Dalam catatan Bisnis.com, bahan baku gula rafinasi TBLA diimpor dari Thailand, Australia, dan sejumlah negara di Amerika Latin. Pada 2018, TBLA mendapatkan kuota impor awal sejumlah 75.000 ton.
Hingga September 2018, pendapatan usaha TBLA mencapai Rp6,29 triliun, turun 4,69% dari posisi Rp6,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga September 2018 mencapai Rp537,69 miliar, turun 22,17% year on year.
Adapun kontribusi pendapatan usaha dari produk pengolahan gula rafinasi dan gula TBLA Rp1,77 triliun, atau mencapai 28% dari total pendapatan usaha perseroan, selebihnya berasal dari pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit.
Dari sisi geografis, penjualan perseroan dominan dipasarkan di Indonesia sebesar Rp9,27 triliun dan ekspor Rp1,39 triliun. Lebih rinci, penjualan terbesar berada di Sumatra yakni sebesar Rp8,56 triliun, lalu disusul oleh Pulau Jawa dan Kalimantan masing-masing Rp662,83 miliar dan Rp52,14 miliar.