Bisnis.com, JAKARTA — Tembaga kembali berbalik melemah akibat menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) di tengah optimisme pasar yang masih menunggu hasil pertemuan perdagangan antara AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga pada perdagangan Kamis (7/1/2019) pukul 18.25 WIB, kembali melemah tipis menjadi US$6.279 per ton memutus reli penguatannya sejak tiga hari lalu.
Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Rabu (6/2/2019), tembaga telah menguat 0,7% mencapai US$6.284,50 per ton, menjadi penutupan terkuat sejak 4 Desember 2018. Selain itu, tembaga menguat sejak awal tahun setelah mengalami tahun yang kurang baik, yaitu telah menurun 18% sepanjang 2018.
Mengutip riset harian Kotak Commodities, harga tembaga kembali bergerak di zona merah akibat mendapatkan tekanan dari menguatnya kembali dolar AS dan tren beragam di pasar saham.
"Harga kemungkinan juga berada di bawah tekanan dari ketidakpastian permintaan importir terbesar di dunia, China, di tengah kekhawatiran pasar tentang melambatnya pertumbuhan ekonomi negeri panda tersebut," tulis Kotak Commodities seperti dikutip dari risetnya, Kamis (7/1/2019).
Walaupun demikian, penurunan harga dibatasi oleh optimisme pasar tentang hasil negosiasi perdagangan antara AS dan China yang hingga kini masih berlangsung, serta sikap The Fed yang cenderung menahan kenaikan suku bunga.
Baca Juga
Adapun pada pekan depan, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer akan memimpin delegasi AS dalam pertemuan perdagangan di Beijing untuk mendorong kesepakatan terkait perlindungan hak kekayaan intelektual dan pencegahan kenaikan tarif oleh AS untuk barang-barang Tiongkok pada 2 Maret 2019.
Pertemuan tersebut juga untuk mempersiapkan pertemuan negosiasi perdagangan lebih lanjut oleh Presiden AS Donald Trump dengan Perdana Menteri China Xi Jinping pada bulan ini.