Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan mata uang poundsterling bergerak stabil cenderung naik meski Hard Brexit mulai menghantui pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (6/2/2019) pukul 19.41 WIB, poundsterling menguat tipis 0,11% atau naik 0,0014 poin menjadi US$1,2959 per poundsterling.
Mengutip riset harian PT Asia Tradepoint Futures, pasar mulai bimbang dengan kesepakatan Brexit setelah plan B oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May kandas ditolak Uni Eropa.
“Opsi-opsi dan diskusi yang ada kini malah cenderung mempersiapkan perbatasan Irlandia agar tidak terjadi masalah atau perselisihan diperbatasan,” tulis Asia Tradepoint Futures dalam risetnya, Rabu (6/2/2019).
Theresa May berusaha membuat keluarnya Inggris dari benua biru tersebut sehalus mungkin dan dengan kesepakatan tertentu. Kunjungan Theresa May pada pekan ini ke Brussels untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut terkait Brexit akan menjadi perhatian pasar.
Baca Juga
“Menguatnya dolar AS karena data NFP yang spektakuler membuat poundsterling berada dalam jalur Bullish tetapi jika pada batas waktu, yaitu 29 maret, masih tidak ada kesepakatan berarti terkait Brexit, maka poundsterling berada di jurang bearish,” papar Asia Tradepoint.
Sementara itu, Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan bahwa dari aspek teknis, pasangan GBP/USD tampaknya bergerak turun di grafik harian dengan titik perhatian level psikologis berada pada US$1,3000 per poundsterling.
“Breakdown tegas di bawah titik tersebut, berpotensi menjadi motivasi bagi bears untuk menguji poundsterling di US$1,2940 per poundsterling. Apabila US$1,3000 per poundsterling terbukti menjadi support yang baik, maka pasangan GBP/USD dapat memantul kembali ke US$1,13150 per poundsterling,” ujar Lukman dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (6/2/2019).
Selain itu, Lukman juga mengatakan, poundsterling akan tetap sangat sensitif terhadap topic Brexit, sehingga para trader harus bersiap menghadapi pekan trading yang volatil untuk mata uang Negara Ratu Elizabeth tersebut.