Bisnis.com, JAKARTA — Awal 2019 harga kakao global diperkirakan masih seret, lantaran potensi pasokan berlimpah dari negara penghasil di Afrika Barat.
Namun, harga komoditas ini bakal sedikit terbantu oleh penguatan poundsterling dan naiknya permintaan dari industri makanan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (25/1/2019), harga kakao di bursa Intercontinental Exchange (ICE) mencatatkan penurunan tajam hingga 1,37% atau minus 31 poin menjadi US$2,225 per ton. Jika diamati lebih jauh, penurunan harga kakao mulai terjadi sejak pembukaan tahun. Tercatat pada 1 Januari 2019, harga kakao melemah 0,91% atau minus 22 poin menjadi US$2,394 per ton.
Akan tetapi kejutan terjadi pada pembukaan perdagangan, Senin (28/1/2019), harga bahan baku cokelat itu menguat 0,09% atau bertambah 2 poin menjadi US$2,227 per ton.
Senior Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, negara-negara penghasil dari Afrika Barat, yaitu Pantai Gading dan Ghana tidak mengalami gangguan cuaca pada awal tahun ini. Dengan begitu, panen kakao di kedua negara itu bakal lancar. Sebab kondisi cuaca sangat mempengaruhi tanaman tersebut.
“[Artinya] ada kelebihan pasokan [kakao global],” katanya saat dihubungi oleh Bisnis, Senin (28/1/2019).
Sebagai catatan, Pantai Gading dan Ghana menghasilkan kakao lebih dari dua pertiga pasokan kakao dunia. Situasi kedua negara itu bakal mempengaruhi pergerakan harga kakao global.