Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Rupiah Stabil, Harga SUN Berpotensi Naik Lagi

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) berpotensi untuk mengalami kenaikan pada perdagangan Jumat (25/1/2019), didukung oleh meredanya tekanan terhadap rupiah seiring dengan pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
Ilustrasi Surat Utang Negara
Ilustrasi Surat Utang Negara

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) berpotensi untuk mengalami kenaikan pada perdagangan Jumat (25/1/2019), didukung oleh meredanya tekanan terhadap rupiah seiring dengan pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan pelaku pasar masih akan mencermati disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur The Fed (FOMC Meeting) yang akan disampaikan pada pekan depan.

"Kami perkirakan pelaku pasar juga akan berusaha untuk menjaga kinerja portofolionya, sehingga akan menyebabkan pergerakan harga SUN cenderung menguat," paparnya dalam riset harian, Jumat (25/1).

Dengan kondisi tersebut, investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder, di mana pergerakan rupiah masih menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati.

Adapun beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati di antaranya adalah FR0053, FR0061, FR0072, FR0063, FR0068, dan FR0059.

Investor juga perlu mempersiapkan diri untuk mengikuti lelang SUN yang akan dilakukan pada Selasa (29/1). Seri yang akan dilelang yaitu SPN03190430 (New Issuance), SPN12200130 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), dan FR0079 (Reopening).

Pada perdagangan Kamis (24/1), yield SUN bergerak bervariasi di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap lelang SUN dan FOMC Meeting. Imbal hasil mengalami perubahan sebesar 3 bps, didorong oleh perubahan harga yang mencapai 15 bps.

Adapun Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan mengalami kenaikan imbal hasil di hampir seluruh seri sebesar 2 bps.

Harga SUN tenor pendek mengalami perubahan 1,4 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan yield sebesar 1,7 bps. Sementara itu, kenaikan harga rata-rata 1,9 bps telah mendorong penurunan imbal hasil SUN tenor menengah sebesar 0,3 bps.

Untuk SUN tenor panjang, perubahan harganya bervariasi dengan perubahan hingga 195 bps. Hal ini mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil sebesar 21 bps.

Untuk SUN seri acuan, perubahan harga yang terjadi juga bervariasi. SUN benchmark tenor 5 tahun turun 2 bps, yang mendorong penurunan yield sebesar 0,5 bps ke level 7,954%.

Untuk tenor 10 tahun, penurunan harga 15 bps menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 2 bps ke level 8,081%. Sementara itu, seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun tidak banyak mengalami perubahan harga dan imbal hasil.

Berlanjutnya penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi katalis positif bagi perdagangan SUN di pasar sekunder.

Selain penguatan rupiah, penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di bawah level 3,00% turut berdampak positif bagi pasar surat utang di dalam negeri.

Namun, kenaikan harga SUN mulai terlihat terbatas terutama pada seri-seri acuan karena para pelaku pasar masih akan mencermati notulen FOMC Meeting yang akan disampaikan pada pekan depan. Selain itu, para pelaku pasar juga masih mengantisipasi adanya rencana lelang SUN yang akan dilaksanakan pada Selasa (29/1).

Dengan kondisi tersebut, para pelaku pasar lebih memilih untuk melakukan aksi wait and see terlebih dahulu.

Pergerakan harga SUN berdenominasi dolar AS masih menunjukkan tren kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan terus membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri SUN berdenominasi dolar AS.

Harga INDO24 naik 28,60 bps yang mendorong terjadinya penurunan yield sebesar 6,07 bps ke level 3,898%. Seri INDO29 juga mencatat kenaikan harga sebesar 42,70 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 5,17 bps ke level 4,287%.

Adapun INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 41,60 bps sehingga yield turun sebesar 2,53 bps di level 5,054%.

Volume perdagangan SBN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,37 triliun dari 41 seri yang diperdagangkan.

Obligasi Negara seri FR0078 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp1,041 triliun dari 30 kali transaksi di harga rata-rata 101,43%. Diikuti Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp810,11 miliar dari 73 kali transaksi di harga rata-rata 92,25%.

Untuk Surat Perbendaharaan Negara Syariah, seri SPNS11042019 membukukan volume perdagangan terbesar dengan nilai Rp600 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata-rata 98,82%. Diikuti Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp401,35 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata-rata 99,98%

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp653,59 miliar dari 38 seri surat utang yang ditransaksikan.

Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 (PNBN01SBCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp92 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata-rata 100,78%. Diikuti Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC Tahap 1 Tahun 2008 Seri A (NISP03ACN1) senilai Rp90 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata-rata 99,49%.

Adapun rupiah ditutup menguat 17,50 pts (0,12%) di level Rp14.170 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah beragamnya nilai tukar mata uang regional.

Rupee India (INR) dan rupiah Indonesia (IDR) menjadi mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing-masing menguat 0,13%. Selanjutnya, dolar Taiwan (TWD) menguat 0,03% dan baht Thailand (THB) 0,02% terhadap dolar AS.

Sebaliknya, peso Filipina (PHP) dan ringgit Malaysia (MYR) mengalami pelemahan nilai tukar terhadap mata uang regional, masing-masing sebesar 0,23% dan 0,18%

Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup melemah terbatas sebesar 92 bps ke level 2,72%, sedangkan yield US Treasury tenor 30 tahun melemah ke level 3,03%.

Namun, indeks utama pasar saham AS mengalami pergerakan yang beragam. Indeks DJIA melemah 9 bps ke level 24553,24, sedangkan indeks NASDAQ menguat 68 bps ke level 7073,46.

Adapun imbal hasil surat utang Inggris dan surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga masing-masing berada di level 1,255% dan 0,171%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper