Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Tengah Menguat 24 Poin, Mayoritas Mata Uang di Asia Terseret Data Perdagangan China

Kurs jual ditetapkan Rp14.122 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.982 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp140.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Senin (14/1/2019) di level Rp14.052 per dolar AS, menguat 24 poin atau 0,17% dari posisi Rp14.076 pada Jumat (11/1).

Kurs jual ditetapkan Rp14.122 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.982 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp140.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 40 poin atau 0,28% ke level Rp14.088 per dolar AS pada pukul 11.27 WIB.

Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka terdepresiasi hanya 1 poin atau 0,01% ke level Rp14.049 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Nilai tukar rupiah berbalik melemah terhadap dolar AS setelah ditutup menguat hanya 5 poin atau 0,04% ke level Rp14.048 per dolar AS pada perdagangan Jumat (11/1/2019).

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.037-Rp14.092 per dolar AS.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia menguat, didorong oleh won Korea Selatan yang melemah 0,52% dan peso Filipin ayang melemah 0,37%. Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,31%.

Dilansir Bloomberg, mayoritas mata uang Asia melemah menyusul penurunan mengejutkan dalam ekspor dan impor China pada bulan Desember, menyoroti dampak perang perdagangan dan perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data Adminsitrasi Bea Cukai China, ekspor dalam dolar turun 4,4% pada Desember dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara impor turun 7,6% pada periode yang sama. Penurunan ekspor dan impor tersebut merupakan yang terburuk sejak 2016.

Dengan penurunan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan dalam denominasi dolar AS meningkat menjadi US$57,1 miliar pada Desember.

Kepala perdagangan Asia-Pasifik di Oanda, Stehpen Innes mengatakan data perdagangan China segera membebani pasar komoditas dan ekuitas dan sejumlah mata uang terkait.

“Tetapi, dampak masih ringan di pasar mata uang, karena pelaku pasar mulai berhati-hati dengan likuiditas yang menurun,” tulisnya dalam riset, seperti dikutip Bloomberg.

“Mengecewakan angka perdagangan China akan menyoroti dampak negatif dari perang perdagangan dan mengingatkan investor akan risiko perlambatan China,” ungkap Ken Cheung, analis valas senior di Mizuho Bank, sebelum data dirilis.

Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau melemah 0,078 poin atau 0,08% ke level 95,592 pada pukul 11.18 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona merah dengan depresiasi 0,017 poin atau 0,02% di level 95,653, setelah pada perdagangan Jumat (11/1) berakhir menguat 0,14% atau 0,131 poin di posisi 95,670.

Kurs Transaksi Bank Indonesia (Rupiah)               

14 Januari

14.052

11 Januari

14.076

10 Januari

14.093

9 Januari

14.120

8 Januari

14.031

SumberBank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper